Di sini posisi Barcelona cukup menguntungkan, karena mereka sedang berada di puncak klasemen. Namun, adilkah?
Secara matematis, jelas tidak adil. Karena, jarak antara pemuncak dan posisi kedua klasemen sementara tak sebanyak selisih poin yang dimiliki Liverpool (Inggris) apalagi Club Brugge (Belgia). Di situasi seperti ini, persepsi Sergio Ramos untuk melanjutkan La Liga lebih tepat.
Namun, jika berbicara soal situasi secara umum termasuk dengan adanya kabar terkait 5 pemain yang positif corona tersebut, kesangsian Gerard Pique bukan tanpa dasar. Hanya, yang pasti jika La Liga tidak lanjut, maka yang terjadi adalah kerugian.
Kerugian secara kompetisi, yaitu mengorbankan persaingan antara Barcelona dengan Real Madrid yang anti klimaks. Lalu kerugian secara hiburan, karena publik dunia masih menyukai atmosfer sepak bola Spanyol meski dihiasi duopoli dua klub raksasa tersebut.
Kerugian terakhir adalah ekonomi. Sepak bola dewasa ini sangat berkaitan dengan bisnis dan perputaran roda ekonomi secara mayor dan minor. Kerugian ini bisa mempengaruhi sirkulasi dana di La Liga, klub, pemain secara khusus, serta penggemar.
Memang, ada sisi kontroversial terkait ekonomi penggemar sepak bola di Eropa, seperti adanya judi. Bagi masyarakat konservatif ataupun berpemahaman adat ketimuran, judi adalah hal yang dilarang atau ilegal. Namun, bagi mereka tentu ini adalah bagian dari sirkulasi ekonomi.
Jika sepak bola berhenti total dan bahkan sulit untuk memulai musim yang baru, apa kabar nasib mereka yang telah bergantung dengan rutinitas tersebut? Akan ada berapa besar pengangguran dan kasus kriminalitas?
Hal ini juga sebenarnya sama dengan apa yang bisa melanda sepak bola Indonesia jika tak kunjung berlanjut. Karena, masyarakat Indonesia juga banyak yang memanfaatkan sepak bola untuk menjadi ladang sirkulasi ekonomi. Contohnya berdagang makanan dan minuman ringan di stadion saat pertandingan berlangsung.
Artinya, pro-kontra terkait kelanjutan La Liga bisa menjadi perdebatan yang sulit berakhir. Namun, sebagai pihak yang terkait, La Liga ataupun RFEF (federasi sepak bola Spanyol) tentu perlu menemukan langkah tegas meski konsekuensi terus membayangi langkah tersebut.
Secara rasionalitas kompetisi, La Liga memang perlu dilanjutkan. Namun, mereka harus menetapkan aturan ketat yang berkaitan dengan kesehatan pemain dan tim secara menyeluruh.
Artinya, ketika ada pemain, staf, dan lainnya yang positif corona, mereka harus ditinggalkan. Anggap mereka sebagai pemain yang sedang cedera dan butuh waktu untuk recovery.