Minta apa lagi? Opini?
Mana ada caption yang panjang, detil, dan komplit di media sosial? Pasti terpotong-potong. Namun, ini memang selera pasar.
Masyarakat masih suka yang simpel-simpel. Nah, di situlah yang harus sedikit dibongkar.
Kebiasaan melihat yang sepotong-sepotong dan segera membagikannya di akun masing-masing, lalu sudah berasumsi macam-macam hanya dengan satu-dua potongan tersebut harus dimodifikasi.
Caranya masih sama, namun sumbernya bukan dari media sosial. Mengapa? Karena ulasan-ulasan di K lebih memuaskan.
Baca juga nih: Tentang Eks Milisi Timor Timur (Tuan Martinuz)
Bahkan, ulasan-ulasan berkualitas pasti menyertakan sumber-sumber terkait. Ibaratnya, kita mau minta hati dari penampakan kulitnya, kita malah diberikan isi kepalanya sekalian. Kurang baik apa?
Dari contoh kebiasaan ini, saya kira kebaikan tak harus berupa uang. Juga tak harus dengan berpeluh. Memanfaatkan sisa-sisa paketan dari berinternet juga bisa.
Tidak harus pula membuka platform media sosial yang biasanya menyedot data lumayan. Melalui platform chatting yang dewasa ini telah menyaru sebagai media sosial juga bisa.
Memang jangkauannya tidak akan besar, tapi dimulai dari yang terdekat itu sudah cukup. Toh, jika orang terdekat sudah tertarik dan mereka menyebarkannya pula ke orang lain dengan caranya sendiri, itu sudah sangat bagus.
Jika orang lain mampu menolong kantong perut Anda, hingga kantong saku Anda. Maka, izinkan saya untuk mencoba menolong kantong kepala Anda, meski tak selamanya benar dan baik apa yang saya berikan. Begitu pula tentang cocok dan tidak cocok, seringkali saya abaikan.