Namun, saya tetap teguh dalam menjalankan prinsip berbagi. Itulah kenapa jika saya tidak berbagi di saat orang lain sedang gencar-gencarnya berbagi, saya tak anggap pusing.
Lha wong saya saja masih butuh, kok malah mau saya bagi. Ibaratnya, sebelum connecting happiness, yang saya lakukan adalah searching happiness. Jika masih mencari dan belum cukup, ya tidak harus segera menyambungkannya ke orang lain.
Sesederhana itu. Cara ini juga membuat saya tak banyak terbebani untuk berbuat kebaikan. Hidup harus sebisa mungkin dinikmati saja. Baik-buruk urusan orang lain yang menilai.
Asal inti rasa terhadap berbagi tetap ada. Itulah yang masih saya pegang. Syukur-syukur jika bisa diwujudkan dan bermanfaat bagi orang lain, meski itu saya akui tak bernominal.
Contoh sederhana dari berbagi adalah seperti yang saya lakukan nyaris setiap hari. Yaitu, membagikan hasil tulisan saya maupun tulisan orang lain yang menurut saya penting juga untuk diketahui orang lain.
Namun, bagi saya proses berbagi tulisan dari K entah milik saya sendiri maupun orang lain adalah upaya untuk mencari sesuatu. Saya ternyata butuh orang "awam" (saya juga masih awam kok) untuk mengenali K.
Karena, seiring berjalannya waktu, saya membuktikan sendiri bahwa tulisan-tulisan di sini semakin bagus. Bahkan, bisa menyaingi (seharusnya melebihi) platform media sosial.
Soal layanan visual? K juga sudah mampu memberikannya. Orang awam butuh referensi channel Youtube bermanfaat, ada. Orang awam butuh referensi film, ada. Orang awam butuh ulasan-ulasan pundit-pundit bola grassroot yang lebih variatif, juga ada.
Baca nih: Ulasan Film "Extraction" (Yonathan)