Sebenarnya saya ingin memberikan ulasan tentang aktivitas menarik lainnya--tulisannya bahkan sudah jadi dan siap tayang. Namun, berhubung yang sedang ditemakan adalah "ide ngabuburit kreatif", maka saya rekomendasikan salah satu cara lain untuk menantikan waktu berbuka puasa.
Saran ini sebenarnya terkorelasikan dengan fenomena masa kini, yang mana sejak pandemi corona melanda Indonesia, kini masyarakat telah terbiasa untuk makaryo ing dalem, sinau nang omah, dan tentunya mulai menaati PSBB. Saya pun menganggap cara ini pasti bisa dilakukan.
Toh, kemarin ada yang viral tentang guru menjadi youtuber. Jadi, cara ini seharusnya tidak begitu sulit. Ditambah, kemarin Kompasiana juga telah memaksa banyak orang kembali menjadi vlogger dadakan dengan konten kuliner di rumah.
Baca juga: Guru Jadi Youtuber Dadakan (Yulia Yusuf)
Saya pun dengan berani merekomendasikan kalian untuk juga melakukan hal ini di akun atau channel Youtube masing-masing. Yaitu, mengulas apa yang disukai dan menjadikannya sebagai konten.
Baca juga: Vlog Ide Sahur Sederhana Ala Anak Kost
Sebenarnya cara ini bisa dilakukan dengan media tulisan seperti di Kompasiana. Toh, pendaftar akun di Kompasiana semakin hari juga semakin banyak. Tak begitu kalah dengan pendaftar channel Youtube yang terkadang isinya hanya tentang gimmick dan klarifikasi.
Baca juga: Jangan Viralkan Konten Youtuber Sampah (Himam Miladi)
Salah satu contoh dari konten di channel saya yang belum seberapa banyak subscriber-nya ini adalah me-review sesuatu yang saya suka. Kebetulan saya saat itu pernah sedang gandrung-gandrungnya membaca komik digital, maka saya pun membuat konten review komik digital*.
Memang belum semua komik yang pernah saya baca dapat saya review. Banyak alasannya. Meski saya juga merasa ingin kembali menekuninya.
Kini, untuk membuat channel saya sedikit hidup kembali, saya pun mengunggah segment atau playlist terbaru yang bernama Review Buku**. Ini untuk membuat channel saya sedikit terlihat produktif.
Memang saya sadar bahwa jumlah subscriber saya tidak banyak, bahkan pernah saya coba hide, namun dikomentari oleh Kner Mas Nawir. Padahal, kala itu saya hanya ingin mencoba-coba fitur tersebut karena rasa penasaran sebagai youtuber semi-amatir.
Kembali ke konten review, saya berani merekomendasikan kepada kalian, khususnya penulis di Kompasiana--semua Kner pasti penulis--untuk mencoba melakukan hal ini. Mengulas apa yang sedang disukai maupun yang memang telah menjadi bagian dari kehidupannya.
Memang di sisi lain saya melihat beberapa Kner juga memiliki channel di Youtube. Seperti Lohmenz Neinjelen, Ikrom Zain, dan Mas Nawir. Mas Nawir bahkan sudah memiliki cukup banyak subscriber, dan dirinya suka memberikan konten-konten yang menarik seputar kegiatan jalan-jalannya.
Konten ini juga seperti yang dilakukan Kner lainnya, Johanes Krisnomo. Namun, di saat seperti ini, konten semacam itu pasti sulit dilakukan. Sehingga, ada baiknya jika bisa membuat konten lainnya yang lebih ramah terhadap keadaan, alias di rumah saja.
Misalnya mengulas buku. Saya yakin, semua Kner punya koleksi buku yang tidak sedikit. Karena, berdasarkan pengalaman pribadi, saya juga memiliki koleksi buku walau masih lebih dari lima biji.
Melalui kepemilikan itu, pasti ada keinginan untuk membagikan apa yang pernah dibaca. Saya saja yang masih memiliki segelintir bacaan sudah sangat ingin untuk mengulas buku-buku yang saya baca.
Begitu pun seharusnya dengan Kner lain. Memang, saya sendiri juga melihat prioritas saat berkegiatan. Karena, membuat video juga butuh waktu tak sebentar.
Salah satu penyebab konten saya masih sedikit karena itu. Perhitungan teknisnya tergolong lebih rumit, dibandingkan menulis yang saya pikir masih cukup mudah dibandingkan membuat video.
Membuat video juga bisa dijeda. Berbeda dengan menulis yang terkadang harus saat itu juga selesai. Karena faktor mood dan pembangunan serta pengembangan ide terkadang melihat momentum.
Sedangkan membuat video biasanya terpaku pada teknis. Jika sudah lumayan terbiasa mengedit video, setidaknya di perangkat mobile, tentu menjeda-jeda pembuatan video bukanlah hal tabu.
Malah, memberi jeda pada pembuatan video juga membuat kita dapat memiliki kesempatan untuk hanya sekadar menonton ulang file-file mentahnya dan mencari celah-celah yang harus diedit saat proses pengeditan.
Hal ini terdengar mirip saat membuat tulisan fiksi. Namun, tulisan fiksi tertentu cenderung sulit dijeda jika sedang bagus-bagusnya dalam merangkai imajinasi. Sedangkan membuat video atau lebih tepatnya mengedit video terkadang tidak begitu terganggu dalam hal non-teknis.
Selain itu, membuat video juga tidak mengharuskan setiap hari melakukan perekaman. Seminggu dua kali tidak masalah. Toh, aktivitas primernya adalah menulis, bukan?
Kecuali jika ingin menjadi youtuber profesional, maka pengalihan fokus berkaryanya adalah ke pembuatan video daripada membuat tulisan. Selain itu mengulas apa saja yang menjadi kesukaan juga tidak akan memberikan tekanan.
Ini yang membuat kita bisa merasa senang kala memproduksi video sambil ngabuburit. Sejam saja cukup kok untuk membuat ataupun mengedit video. Tidak harus jadi saat itu juga, namun yang paling penting adalah memanfaatkan waktu selepas beribadah dan menjelang berbuka.
Ibadah pun tetap jalan terus, dan kreativitas juga harus jalan terus. Jadi, mengapa tidak untuk membuat konten review di Youtube?
Selamat berbagi apa yang kita suka!
Malang, 4-5-2020
Deddy Husein S.
Bonus:
* Salah satu Review Komik saya:
** Salah satu vlog Review Buku saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H