Penyesalan selalu di akhir, sama seperti kesedihan yang selalu datang saat tanggal tua. Sedangkan saat tanggal muda, rasanya hidup seperti di surga. Apa saja dapat mampir di hadapan.
Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah pemikiran semacam ini juga ada di orang lain?
Berhubung saya bukan peramal, tentu saya tak mampu menerka apalagi membandingkan antara hidup saya dengan orang lain. Namun, saya mencoba mengira beberapa hal yang membuat saya ataupun orang lain dapat kalap.
Pertama, kita punya keinginan yang terpendam.
Saya secara pribadi selalu punya keinginan. Misalnya ketika Tahun Baru, saya ingin membeli Roti Bakar, maka saya akan berupaya menyisihkan uang ataupun memanfaatkan uang kiriman orang tua untuk membelinya.
Sebenarnya, saya berusaha menahan itu. Tapi, saya merasa bahwa apa yang saya lakukan ini hanya sekali. Alias, hanya untuk ikut merayakan momen-momen tertentu.
Uniknya, justru orang tua saya memaklumi itu. Seringkali mereka sengaja mengirimi uang di momen seperti itu untuk membuat saya dapat mewujudkan keinginan yang bagi orang lain tentu sangat remeh.
"Duh, cuma 15.000 Ded, sini kuborongin!"
Ketika kemarin saya lapar, dan hari ini baru datang kiriman, saya secara sadar dan tidak sadar segera membalas dendam. "Hari ini aku harus kenyang!"
Hal ini juga berlaku ketika saya lama tidak membeli buku baru. Ketika ada uang, apalagi banyak, rasanya semua buku yang tempo hari hanya bisa saya tandai, ingin saya borong semua.