Mengapa?
Karena, mempercayai sesuatu berdasarkan bukti dan kedekatan lebih mudah daripada menguji hal baru yang bisa saja akan ada kekecewaan di akhir. Contohnya bisa diambil di tingkat yang lebih tinggi. Perkuliahan.
Ketika seorang mahasiswa diminta mencari seorang teman sesama mahasiswa di kampusnya untuk menjadi responden pada sebuah penelitian dengan spesifikasi tertentu, pasti dia akan berpikir tentang teman-teman di kelasnya.
Jika tak ada, dia baru akan mencoba mencari dari segi satu angkatan, satu jurusan, hingga satu organisasi. Artinya, orang tersebut berupaya mencari "kekuatan" berdasarkan apa yang sudah dia ketahui seluk-beluknya, dan dilakukan secara berjenjang.
Pedoman sederhananya adalah lebih dekat akan lebih baik, dan lebih lama akan lebih baik pula. Inilah yang dilahirkan dari pembentukan kerja sama setelah polemik rangkap jabatan telah diselesaikan.
Sungguh sulit untuk menaruh kepercayaan atau tanggung jawab kepada orang yang belum dikenal. Jika tidak percaya, coba buktikan sendiri di dalam kehidupan masing-masing.
Bagi seorang sutradara film, apakah mengadakan casting pada aktor film secara terbuka adalah jalan pertama atau jalan alternatif?
Apakah seorang sutradara tidak memiliki target sebelumnya berdasarkan pilihan aktor yang dikenali lebih lama daripada aktor yang bahkan belum pernah memenangkan penghargaan?
Memang, ada sanggahan bahwa ini ada kaitannya dengan faktor kebutuhan. Namun, apakah kemungkinan untuk mengutamakan faktor kepercayaan dan kedekatan tidak akan dilakukan?
Jika contoh ini dibantah, berarti statement dan pembuktian dari film-film Joko Anwar dianggap angin lalu. Padahal, itu contoh nyata bahwa setiap jalinan kerja sama selalu melibatkan faktor kepercayaan dan kedekatan.
Baca juga: Di Balik Film Joko Anwar