Kini KOSASIH DAY semakin diakomodir dengan baik melalui kolaborasi banyak pihak yang juga semakin berpengaruh di perkomikan Indonesia. | Duniaku.idntimes.com
Event itu bernama 30
Hari Komik Indonesia. Artinya, akan ada rentetan pengunggahan di media sosial yang topik besarnya adalah komik dengan penyesuaian terhadap tema harian yang telah disediakan.
Event yang digelar dari 1 April hingga 30 April 2020 ini sesuai dengan kalender kelahiran Kosasih yang lahir pada 4 April 1919.
Tema disiapkan untuk mengajak para penikmat maupun pengkarya komik dalam memperingati KOSASIH DAY. | Gambar: Duniaku.idntimes.com
Tanggal lahirnya Kosasih pula diabadikan sebagai Hari
Komik Indonesia setiap tahunnya. Itulah mengapa setiap 4 April disebut sebagai
KOSASIH DAY.
Event ini tentu dapat diikuti oleh siapa saja yang mengenal komik hingga menjadi penikmat komik sampai detik ini.
Berbagai macam tema dapat diikuti sampai hari terakhir bulan April ini. | Gambar: Duniaku.idntimes.com
Bahkan, jika memang pernah terinspirasi oleh karya Kosasih, maka sedikit berpartisipasi ataupun menulis tentangnya juga bagus. Sedangkan bagi penulis, perayaan ini lebih mengarah pada momen perkembangan komik Indonesia. Tidak lagi berbicara soal masa lalu, melainkan masa kini dan masa depan.
Saat ini, perkomikan Indonesia bisa tumbuh dan semakin berkembang karena media digital. Masyarakat sudah tidak lagi terlalu peduli dengan komik cetak, kecuali yang memang sangat fanatik.
Namun, jika melihat situasi di toko-toko buku besar maupun yang sedang, bahkan juga di acara bazar buku, penulis tidak/jarang melihat komik cetak sebagai daya tarik.
Satu-satunya cara untuk mengenal komik cetak dewasa ini karena eksistensi komik-komik tersebut di platform digital. Dari sanalah para pembaca akan mencari eksistensi nyata dari komik tersebut, baik dengan keberadaan merchandise hingga komiknya secara cetak.
Salah satu merchandise dari sebuah karya komik. Bukti bahwa komik Indonesia mulai memperoleh perhatian pembacanya. | Dokpri/Deddyhs_15
Hal ini juga akan membuat eksistensi komikus juga berlipat-ganda. Karena, dapat membuahkan "piringan hitam" yang tentunya akan mudah diperkenalkan, sebelum masyarakat harus mengenalnya secara mandiri baik dengan melalui karya
digital atau cetak.
Harapannya dengan adanya event semacam ini pamor komik dan komikus Indonesia kian terangkat. Mereka sudah seharusnya dianggap sebagai bidang yang setara dengan yang lain dan tentunya dapat dinaungi secara absolut oleh lembaga yang solid, seperti Asosiasi Komik Indonesia (AKSI).
Keberadaan AKSI tentu membuat para komikus dan karya komik yang semakin banyak bertebaran ini dapat terwadahi dan terayomi sesuai ranah profesional.
Mereka pun diharapkan dapat semakin giat untuk memperkenalkan karya-karya komik Indonesia ke masyarakat dari segala kelas dan daerah. Agar, masyarakat juga sadar bahwa orang Indonesia juga bisa membuat komik yang berkualitas. Mengapa tidak?
Lihat Sosbud Selengkapnya