Di tengah pekan ini, Atalanta kembali diperbincangkan oleh kubu penikmat bola Eropa. Hal ini dikarenakan klub yang berjuluk La Dea ini berhasil lolos ke babak perempat final dengan menyingkirkan Valencia.
Meski Valencia masih kalah besar dibandingkan Real Madrid dan Barcelona, dan masih kalah tenar dengan Sevilla yang berhasil juara di Liga Eropa beberapa waktu lalu secara beruntun, namun tetap saja Valencia lebih berpengalaman di pentas Eropa dibandingkan Atalanta.
Tetapi, pengalaman sepertinya menjadi sia-sia bagi Valencia ketika mereka tidak mewaspadai tren bagus Atalanta saat ini. Mereka pun akhirnya harus menelan pil pahit, karena kalah 4-1 di laga tandang dan kalah 3-4 di laga kandang dini hari tadi (11/3).
Artinya, Valencia tersingkir dengan agregat 8-4 untuk mengantar kelolosan Atalanta ke partai yang lebih besar. Atalanta dipastikan akan menghadapi klub-klub yang lebih kuat dari Valencia, seperti Bayern Munchen yang diprediksi akan lolos dibandingkan Chelsea karena faktor keunggulan agregat 3-0.
Bahkan, ada pula klub kuda hitam lainnya yang diprediksi juga akan merepotkan skuad asuhan Gianpiero Gasperini, RB Leipzig. Berarti, tidak hanya Atalanta yang akan menjadi klub yang sulit diprediksi lajunya, dan ini akan membuat Atalanta tidak bisa sepenuhnya memanfaatkan statusnya sebagai "yang diremehkan".
Seandainya Tottenham Hotspur yang lolos, maka yang menjadi tim kejutan hanya Atalanta. Karena, di fase ini tinggal Napoli---sebagai klub kuda hitam lainnya---yang diprediksi akan sulit lolos ke fase selanjutnya. Mengingat mereka harus berhadapan dengan Barcelona pada leg kedua di Camp Nou.
Peluang mereka lolos sebenarnya ada, karena berhasil mengumpulkan agregat 1-1. Namun, mereka diprediksi sulit menang di kandang lawan, karena Barcelona dikenal kuat di laga kandang.
Baca juga: Napoli Tahan Imbang Barcelona
Kesempatan mereka untuk mempersulit Barcelona sudah mereka hilangkan di San Paolo pada leg pertama. Hal inilah yang membedakan antara Napoli dengan Atalanta.
Atalanta justru mampu memanfaatkan laga kandangnya dengan baik. Mencetak 4 gol dan "hanya" kebobolan 1 gol, membuat pekerjaan rumah besar ditanggung oleh Valencia.
Jika melihat hasil di leg kedua di Estadio Mestalla, sudah jelas bahwa klub Spanyol pasti akan berupaya keras untuk menang dan mencetak banyak gol di kandangnya. Itu terbukti dengan 3 gol yang berhasil mereka lesakkan ke gawang tamunya.
Namun sayangnya, mereka juga gagal menjaga gawangnya untuk cleansheet. Mereka justru kebobolan 4 gol lagi yang membuat misi membalikkan keadaan menjadi gagal total.
Hal ini menjadi parameter yang cukup kuat untuk membuat Napoli diprediksi sulit mengikuti jejak Atalanta. Sedangkan Atalanta diprediksi akan menjadi batu sandungan bagi para pemburu gelar Si Kuping Besar musim ini.
Ada alasan yang mendasari prediksi tersebut.
Pertama, level kepercayaan diri para pemain Atalanta sedang sangat bagus. Meski mereka tidak seperti Liverpool yang mampu merangkai rentetan kemenangan yang fantastis di liga domestik, namun Atalanta memiliki rasio mencetak gol yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Itulah yang kemudian menjadi alasan kedua, yaitu produktivitas gol yang tinggi. Mereka sebelum berkelana ke Spanyol, sudah mampu menunjukkan "kerakusan" mereka di gawang lawan dengan kemenangan telak 2-7 atas Lecce pada lanjutan pekan Serie A.
Suatu pemandangan yang mengerikan bukan? Meski memang lawan-lawan Atalanta bukanlah tim dengan kualitas bertahan seperti Liverpool, Bayern Munchen, Barcelona, juga Real Madrid, namun cara menyerang Atalanta tetap perlu diwaspadai oleh tim manapun.
Alasan ketiga, Atalanta mampu memanfaatkan laga kandang dengan baik. Meski, Atalanta tidak bermain di stadion mereka, namun Stadion San Siro dapat disulap menjadi arena yang seolah milik mereka. Hanya, yang menjadi keraguan di poin ini adalah bagaimana pengaruhnya jika laga yang digelar di San Siro nanti tanpa penonton?
Hal ini merujuk pada fakta gelaran pertandingan yang dilakoni Inter Milan---pengguna San Siro---selalu tanpa penonton sejak virus corona dinyatakan positif melanda Italia beberapa waktu lalu. Kejadian ini tepat setelah Atalanta sukses mencukur Valencia di stadion yang sama dengan keberadaan penonton di tribun.
Baca juga: Dampak Corona ke Sepak bola Italia
Lalu, bagaimana dengan laga kandang Josip Ilicic dkk. di perempat final nanti? Itulah yang bakal menarik untuk dinantikan apakah Atalanta mampu bermain bagus meski dengan tanpa penonton.
Selain itu, fenomena keberhasilan Atalanta lolos ke fase perempat final dengan agregat yang cukup mencolok tersebut juga membuat kita berpikir tentang Ajax Amsterdam di musim lalu. Kisahnya nyaris mirip.
Ajax juga menjadi kuda hitam ketika mereka mampu menaklukkan lawan-lawannya di fase tandang. Seperti Atalanta di laga fase 16 besar tersebut, yang mana Atalanta juga mampu mencetak 4 gol di Spanyol seperti yang dilakukan Ajax musim lalu.
Menariknya, Ajax melakukannya di kandang Real Madrid, Santiago Bernabeu. Artinya, Ajax melakukan hal yang tak kalah fenomenal dari Atalanta musim ini.
Namun yang disayangkan adalah langkah Ajax terhenti di fase semifinal, meski mereka telah berhasil menyingkirkan salah satu pemburu juara, Juventus. Hal itu tak lepas dari undian mereka yang harus bertemu dengan tim kuda hitam lainnya, Tottenham Hotspur.
Di musim ini Atalanta juga ternyata tidak sendirian, meski Napoli diprediksi tidak menemani. Namun sudah pasti bahwa klub kejutan lainnya yang menemani Atalanta adalah RB Leipzig.
Klub asuhan Julian Nagelsmann itu juga menjadi kuda hitam dan berhasil menyingkirkan finalis musim lalu, Tottenham Hotspur. Bahkan, mereka mampu menyingkirkan klub yang kini dilatih Jose Mourinho tersebut dengan agregat 4-0, alias tanpa kebobolan.
Artinya, jika pada fase knock-out nanti kedua klub kuda hitam ini bertemu, maka keduanya akan saling menunjukkan kelebihannya masing-masing. Atalanta jelas akan mengandalkan ketajamannya lini depan, sedangkan Leipzig diprediksi akan memainkan sepak bola oportunis dan compact defense seperti saat menghadapi Spurs.
Prediksi ini memang kesannya terlampau jauh, namun kita perlu sedikit meraba-raba potensi Atalanta akankah menjadi Ajax jilid kedua atau tidak. Artinya, ketika mereka berhasil menapak tilas torehan Ajax di musim lalu, maka mereka juga diprediksi akan mengalami apa yang terjadi pada Ajax di musim selanjutnya (musim ini) pasca kisah fenomenal tersebut.
Yaitu penggerogotan skuad inti. Pasca menjadi semifinalis, skuad Ajax mengalami perubahan. Matthijs De Ligt ke Juventus dan Frenkie De Jong ke Barcelona. Bahkan, di musim depan Hakim Ziyech ke Chelsea.
Baca juga: Menantikan Masa Depan Ajax Amsterdam
Begitu pula dengan beberapa pemain terbaik mereka di musim lalu yang di musim ini justru sering mengalami cedera dan membuat penampilan mereka tak semaksimal musim lalu. Itu membuat Ajax menjadi pesakitan di Eropa musim ini, alih-alih meningkatkan kualitas mereka dari musim lalu.
Di musim ini Ajax bahkan tersingkir dari Liga Champions dan Liga Eropa sebelum mampu melangkah jauh. Padahal mereka adalah bagian dari 4 klub terbaik di Eropa musim lalu.
Fakta tersebut kemudian mulai tercium di Atalanta musim ini. Beberapa pemainnya diindikasikan hengkang di musim depan untuk memperkuat klub yang lebih berprospek cerah seperti Inter Milan maupun Napoli.
Hal ini seperti yang diungkap Timothy Castagne beberapa waktu lalu. Bahkan, Atalanta juga sudah mengalami hal yang sama seperti Ajax, yaitu sudah pasti kehilangan pemain masa depannya yang akan memperkuat Juventus musim depan, Dejan Kulusevski.
Semakin jauh Atalanta melangkah di Liga Champions musim ini, potensi mereka untuk seperti Ajax Amsterdam akan semakin terbuka. Karena mereka memang bukan seperti Liverpool yang "boleh" mencanangkan program memburu gelar secara bertahap nan pasti.
Mereka juga tidak bisa seperti Barcelona dan Real Madrid yang dapat mengikat pemain muda dengan masa jangka panjang. Begitu pula dengan transfer pemain besar, mereka pasti sulit untuk melakukannya.
Padahal, semua klub seharusnya demikian. Terlepas dari apa yang dikatakan Presiden Juventus, Andrea Agnelli, Atalanta seharusnya mengabaikan stereotip tentang klub yang berpengalaman. Karena, sejarah dapat diciptakan juga, bukan hanya dilestarikan dan dikembangkan---hanya mengandalkan nama besar.
Jadi, apakah Atalanta juga akan seperti Ajax Amsterdam? Apakah mereka juga akan terhenti oleh RB Leipzig yang mungkin menjadi Spurs-nya musim ini? Patut dinantikan!
Malang, 11 Maret 2020
Deddy Husein S.
Berita terkait:Â Tirto.id, Ligaolahraga.com, Bola.net, Medcom.id, Goal.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H