Termasuk dengan kejadian di Yogyakarta itu. Kita tentu harus tahu bahwa tidak semua anak mampu berenang, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Tidak semua anak juga familiar dengan kondisi sungai. Begitu pula dengan keadaan saat ini yang sedang dilanda musim penghujan, maka berada di zona perairan bukanlah hal yang bagus bagi kita.
Meskipun kita bisa berenang, belum tentu kita sudah terasah dengan medan seliar sungai. Sehebat-hebatnya perenang di kancah Olimpiade pun belum tentu mereka dapat berenang dan selamat di sungai yang dalam dan liar.
Hal semacam ini seharusnya sudah sampai di pemikiran orang dewasa zaman sekarang. Jangan sampai kita terlalu konservatif dan menganggap bahwa apa yang dapat diterapkan pada generasi pelajar 2000-an dapat diterapkan juga ke generasi pelajar 2010-an, apalagi generasi 2020-an.
Jika hal ini tidak dapat kita pahami dan lakukan, maka pasti akan ada korban di masa selanjutnya. Karena kita masih sering menggunakan konsep konservatif yang pada akhirnya tidak relevan dan membuat generasi muda kita semakin tidak nyaman dengan konsep didik semacam itu.
Kembali lagi pada pernyataan sebelumnya, bahwa semua anak didik kita pasti memiliki perbedaan karakter dan kemampuan, maka buatlah mereka berkembang seperti apa yang mereka mampu, bukan apa yang kita pernah alami.
Jangan sampai kita membuat ajang mendidik anak dan kepramukaan menjadi ajang balas dendam. Karena, apa yang kita alami di masa lalu sudah seharusnya dimodifikasi dan disesuaikan dengan generasi masa kini.Â
Adik dan anak kita tidak boleh senasib dengan kita, jika kita saja pernah menolak dalam batin tentang apa yang pernah kita alami di masa lalu.
Jadi, masihkah kita tetap berpegang pada konsep konservatif demi menghasilkan generasi hebat untuk negeri ini di masa depan?
Malang, 22-2-2020
Deddy Husein S.
Tambahan: