Bagaimana jika aksi sehari tanpa bra dan tereksploitasi di media sosial, lalu menjadi bahan pelecehan seksual secara cyber? Siapa yang akan bertanggungjawab? Apakah penggagas kampanyenya?
Dari penggambaran sederhana inilah, diharapkan kita secara umum, maupun kaum perempuan secara khusus, dapat menjadikan keberadaan kampanye ini untuk berpikir kritis. Tidak hanya soal ingin menunjukkan eksistensi melawan superioritas--ketentuan agama, budaya, dan hukum-- namun juga harus jeli dalam melihat kerugian dari aksi tersebut.
Jangan-jangan, bukannya kita akan terlihat berani melawan kemapanan, justru akan menunjukkan betapa lemahnya kita dalam menjalani kehidupan sesuai dengan kualitas berpikir kita saat mengambil keputusan pribadi. Hm.., kira-kira dulu saat menggunakan hijab dan bra karena apa, ya?
Malang, 2-2-2020
Deddy Husein S.
Berita atau tulisan terkait:
Pasundanekspres.co dan Suara.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H