Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cobalah Cara Ini untuk Menghindari Virus Corona

28 Januari 2020   07:45 Diperbarui: 28 Januari 2020   11:10 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasien yang berani berkomunikasi terbuka dengan dokternya. | Sumber gambar: Liputan6.com

Sebenarnya virus Corona seperti virus menular lain. Mereka yang tidak seganas Corona juga bisa dianggap wabah jika tak mampu dideteksi secara dini dan segera diobati. Namun, bagaimana caranya?

Peduli.

Pedulilah dengan diri sendiri. Itu adalah cara pertama untuk menghindari tertularnya penyakit yang disebabkan oleh virus. Apa pun virus yang sedang mewabah, buatlah diri kita selalu peduli dengan keselamatan sendiri. Apa contohnya?

Lindungilah tubuh kita dari paparan lingkungan yang tak sehat. Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah rajin membuang sampah. Maksimal batas ambang kemalasan adalah dua hari sekali.

Ilustrasi membuang sampah. | Sumber gambar: Citraalam.id
Ilustrasi membuang sampah. | Sumber gambar: Citraalam.id
Pilihlah waktu yang tepat, misalnya saat malam hari, yang mana situasi di lingkungan tersebut sudah minim aktivitas manusia. Sehingga efek dari sampah-sampah itu tidak segera memberikan pencemaran langsung kepada manusia.

Ilustrasi penggunaan masker. | Sumber gambar: Alodokter.com
Ilustrasi penggunaan masker. | Sumber gambar: Alodokter.com
Kedua, jangan segan untuk menggunakan masker. Meski, tak mengalami batuk dan flu, kita bisa menggunakan masker. Apalagi jika harus berkendara jauh dari kawasan tempat tinggal, maka perlu sekali menggunakan masker untuk melindungi tubuh dari virus-virus yang tak terdeteksi di jalan raya.

Ilustrasi mencuci tangan. | Sumber gambar: Bobo.grid.id
Ilustrasi mencuci tangan. | Sumber gambar: Bobo.grid.id
Ketiga, rajinlah mencuci tangan. Tangan kita adalah rumahnya segala macam bakteri. Karena, setiap hari kita selalu memegang segala macam benda dan juga tangan-tangan orang lain.

Namun, jangan sampai Anda menjadi anti berjabat tangan hanya karena takut bersentuhan dengan tangan-tangan orang lain yang belum tentu higienis. Terlepas dari faktor ajaran agama tertentu yang menganjurkan tak bersentuhan langsung dengan lawan jenis, maka sebaiknya kita tetap menjaga kebiasaan berjabat tangan dengan orang lain, apalagi teman akrab dan yang sejenis.

Ilustrasi minum obat. | Sumber gambar: Timesindonesia.co.id
Ilustrasi minum obat. | Sumber gambar: Timesindonesia.co.id
Tindakan keempat adalah jangan segan untuk minum obat dan melakukan pengobatan lain yang biasanya ampuh untuk sakit yang kita alami. Hal ini biasanya berkaitan dengan kebiasaan. Ada orang yang lebih terbiasa mengonsumsi obat yang diminum, ada pula yang memilih obat yang tidak dikonsumsi.

Misal, ketika ada dua orang yang sedang mengalami masuk angin. Ternyata si A tidak minum obat untuk menurunkan gas lambung seperti si B, melainkan mengoleskan balsem atau minyak kayu putih ke perut, punggung, dan pinggangnya.

Atau si A memilih minum air hangat daripada minum obat khusus lambung karena telat makan atau terlalu lama di luar. Cara-cara ini hanya dapat dilakukan jika kita sudah tahu bagaimana cara yang tepat -diterima oleh tubuh kita- dalam tindakan merawat kesehatan tubuh sendiri.
 
Setelah empat tindakan tersebut yang merepresentasikan kepedulian terhadap diri sendiri, kini kita melangkah pada cara kedua. Yaitu, peduli terhadap orang lain. Di poin ini, penulis memberikan tiga tindakan penting yang dapat merepresentasikan cara peduli terhadap orang lain.

Masker N95 sebaiknya digunakan oleh orang yang sudah terbiasa menggunakannya. | Sumber gambar: Jeda.id
Masker N95 sebaiknya digunakan oleh orang yang sudah terbiasa menggunakannya. | Sumber gambar: Jeda.id
Pertama, gunakan masker ketika sakit. Ketika kita sehat, menggunakan masker adalah untuk keselamatan diri sendiri. Sedangkan ketika kita sakit dan masih ingin berada di lingkungan sosial -tidak hanya di rumah sakit, maka menggunakan masker adalah untuk keselamatan orang lain.

Tindakan ini jelas sangat positif dan patut diapresiasi. Karena tidak semua orang berani "mengaku" sakit di depan umum. Bahkan, tidak jarang, kita justru berpura-pura sehat agar tidak dijauhi oleh teman maupun orang lain di tempat yang sama.

Namun, dengan kita menggunakan masker itu, setidaknya mereka yang awalnya kawatir tertular menjadi lebih maklum dan bahkan menyukai tindakan kita tersebut. Karena, tentu mereka merasa berterimakasih atas kepedulian kita terhadap sesama.

Ilustrasi komunikasi antara dokter dan pasiennya. | Sumber gambar: Erabaru.net
Ilustrasi komunikasi antara dokter dan pasiennya. | Sumber gambar: Erabaru.net
Tindakan kedua adalah berani bertanya tentang kesehatan orang lain. Tindakan ini memang tidak begitu mudah untuk dilakukan kecuali jika kita adalah dokter. Ketika ada pasien datang, pasti kita yang menjadi dokter wajib menanyai perihal sakitnya dan riwayat penyakitnya.

Dua hal yang terlihat mirip, namun sebenarnya berbeda. Sakit yang dikeluhkan saat berkunjung ke dokter bisa saja tidak terkait maupun terkait dengan riwayat penyakitnya. Untuk itulah, para dokter biasanya tidak puas jika hanya mengetahui sakitnya pasien yang sedang dikeluhkan, melainkan juga riwayat penyakit si pasien.

Jika hal ini dilakukan dengan cermat dan segera ditangani, maka sang dokter sudah mampu menjalankan SOP-nya dengan benar. Lalu, bagaimana dengan kita yang bukan dokter?

Ada dua situasi yang tepat untuk melakukannya. Pertama, adalah ketika kita menemukan teman kita terlihat tidak sesehat biasanya. Sebagai teman, sikap ini wajar untuk ditunjukkan, sekaligus sebagai langkah untuk mencegah si teman mengalami sakit yang kian parah.

Situasi yang kedua adalah ketika kita sama-sama menjadi pasien. Saling menanyakan penyakit dan riwayat penyakit seharusnya bukan lagi hal tabu jika sudah berada di tempat yang sama; RUMAH SAKIT.

Itulah mengapa, jika Anda sedang ditanyai oleh sesama pasien, jangan malu. Karena, mereka juga sedang mengalami situasi yang sama, meski bisa saja jenis penyakitnya berbeda.

Ilustrasi potensi terjadi interaksi antar pasien di rumah sakit. | Sumber gambar: RSUDArifinAchmad.riau.go.id
Ilustrasi potensi terjadi interaksi antar pasien di rumah sakit. | Sumber gambar: RSUDArifinAchmad.riau.go.id
Ketika kita saling bertanya dan menceritakan penyakit kita kepada sesama pasien, disanalah ada sikap yang menunjukkan rasa kepedulian kita kepada orang lain. Meskipun, sama-sama sedang sakit, biasanya support untuk sembuh tidak hanya didapat dari orang lain yang sedang sehat, tetapi juga dari orang-orang yang sedang berjuang bersama di rumah sakit tersebut.

Jadi, kita tidak perlu gengsi jika ditanya orang yang sedang menebus obat maupun yang sedang dirawat di tempat yang sama dengan kita. Karena, mereka juga ingin peduli dengan kita, begitu pula kita yang seharusnya peduli dengan orang lain.

Ilustrasi pasien yang berani berkomunikasi terbuka dengan dokternya. | Sumber gambar: Liputan6.com
Ilustrasi pasien yang berani berkomunikasi terbuka dengan dokternya. | Sumber gambar: Liputan6.com
Tindakan ketiga adalah berani memberitahukan sakitnya ataupun riwayat sakitnya kepada dokter -baik saat kita ditanya maupun saat kita tidak ditanya. Hal ini sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap bentuk penanganan dokter maupun pihak rumah sakit terhadap kita.

Tindakan ini sebenarnya berkaitan atau bisa dikatakan merespon cara kedua yang ketika kita adalah dokter, maka tindakannya seperti di poin tersebut. Lalu, jika kita menjadi pasien -berbeda peran- maka cara kita untuk menunjukkan kepedulian kita kepada orang lain adalah dengan cara menjawab proses identifikasi penyakit tersebut secara jujur.

Apabila hal ini kita lakukan, maka kita bukanlah maling. Karena, ketika kita mampu menerobos ke lingkungan tertentu dengan penyakit kita, apalagi yang menular, maka kita juga disebut maling, alias maling kesehatan.

Dampaknya pun sama berbahayanya dengan maling harta-benda. Mereka yang maling harta-benda saja dapat disebut pelaku kriminal, apalagi yang mampu merebut kesehatan orang lain, tentu mereka juga dapat disebut pelaku kriminal.

Sehingga jika tidak ingin dianggap demikian, maka mulailah untuk jujur terhadap riwayat penyakitnya masing-masing. Siapa tahu dengan kejujuran itu, kita bisa memiliki kesempatan untuk selamat atau setidaknya dapat menyelamatkan orang lain.

Kejujuran memang tidak selamanya terlihat baik bagi yang melakukannya, apalagi jika itu berkaitan dengan penyakit yang diderita. Namun, dengan kejujuran tentang diri sendiri, biasanya akan membuat kita lebih tenang.

Soal pengakuan/penghargaan, bisa saja bukan orang banyak yang akan memberikan testimoni terhadap kejujuran kita. Namun, cukup orang-orang yang tahu dan mengerti apa makna kejujuran yang sedang kita lakukan. Yaitu, untuk peduli kepada orang lain.

Ilustrasi virus lainnya. | Sumber gambar: Nationalgeographic.org
Ilustrasi virus lainnya. | Sumber gambar: Nationalgeographic.org
Jadi, sudahkah kita tahu bagaimana cara kita terhindar dari virus Corona. Hm.., semoga saja cara-cara itu dapat membuahkan hasil yang positif bagi kita. Jika belum, berarti perlu cara lain yang lebih ampuh.

Semoga kita masih diberikan kesehatan dan terhindar dari segala virus yang menggerogoti masa hidup kita.

Malang, 27-28 Januari 2020
Deddy Husein S.

Tambahan:
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah kejadian di rumah sakit yang mana teman penulis (narasumber/narsum) sedang dirawat di tempat tersebut. Kejadiannya melibatkan seorang pasien -sekamar dengan narsum- yang ternyata mengidap salah satu penyakit yang dapat menular.

Beruntung pihak rumah sakit cepat tanggap dan segera melakukan penanganan agar virus dari riwayat penyakit si pasien tersebut -awalnya dia mengaku sudah sembuh- tidak menular ke pasien lain. Apalagi, di ruang tersebut terdapat pasien yang sedang hamil -yang mana rentan dengan penularan virus penyakit. Salah satunya adalah narsum.

Melalui kejadian itu, penulis secara pribadi mengaku bangga dan berterimakasih kepada pihak rumah sakit tersebut, karena masih mampu menjaga kinerja dan perannya sebagai penolong si sakit -dengan kepeduliannya. Semoga sang narsum maupun yang sedang sakit di rumah sakit tersebut dapat segera sembuh dan kembali ke keluarganya masing-masing.
Salam!

Ulasan-ulasan terkait:

Scitechdaily.com, Alodokter.com 1, Grid.id, Alodokter.com 2, Indozone.id, Netralnews.com, Kaltim.prokal.co, Jeda.id, Beritajatim.com, Kompas.tv, Detik.com 1, Detik.com 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun