Sebenarnya virus Corona seperti virus menular lain. Mereka yang tidak seganas Corona juga bisa dianggap wabah jika tak mampu dideteksi secara dini dan segera diobati. Namun, bagaimana caranya?
Peduli.
Pedulilah dengan diri sendiri. Itu adalah cara pertama untuk menghindari tertularnya penyakit yang disebabkan oleh virus. Apa pun virus yang sedang mewabah, buatlah diri kita selalu peduli dengan keselamatan sendiri. Apa contohnya?
Lindungilah tubuh kita dari paparan lingkungan yang tak sehat. Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah rajin membuang sampah. Maksimal batas ambang kemalasan adalah dua hari sekali.
Namun, jangan sampai Anda menjadi anti berjabat tangan hanya karena takut bersentuhan dengan tangan-tangan orang lain yang belum tentu higienis. Terlepas dari faktor ajaran agama tertentu yang menganjurkan tak bersentuhan langsung dengan lawan jenis, maka sebaiknya kita tetap menjaga kebiasaan berjabat tangan dengan orang lain, apalagi teman akrab dan yang sejenis.
Misal, ketika ada dua orang yang sedang mengalami masuk angin. Ternyata si A tidak minum obat untuk menurunkan gas lambung seperti si B, melainkan mengoleskan balsem atau minyak kayu putih ke perut, punggung, dan pinggangnya.
Atau si A memilih minum air hangat daripada minum obat khusus lambung karena telat makan atau terlalu lama di luar. Cara-cara ini hanya dapat dilakukan jika kita sudah tahu bagaimana cara yang tepat -diterima oleh tubuh kita- dalam tindakan merawat kesehatan tubuh sendiri.
Â
Setelah empat tindakan tersebut yang merepresentasikan kepedulian terhadap diri sendiri, kini kita melangkah pada cara kedua. Yaitu, peduli terhadap orang lain. Di poin ini, penulis memberikan tiga tindakan penting yang dapat merepresentasikan cara peduli terhadap orang lain.
Tindakan ini jelas sangat positif dan patut diapresiasi. Karena tidak semua orang berani "mengaku" sakit di depan umum. Bahkan, tidak jarang, kita justru berpura-pura sehat agar tidak dijauhi oleh teman maupun orang lain di tempat yang sama.
Namun, dengan kita menggunakan masker itu, setidaknya mereka yang awalnya kawatir tertular menjadi lebih maklum dan bahkan menyukai tindakan kita tersebut. Karena, tentu mereka merasa berterimakasih atas kepedulian kita terhadap sesama.
Dua hal yang terlihat mirip, namun sebenarnya berbeda. Sakit yang dikeluhkan saat berkunjung ke dokter bisa saja tidak terkait maupun terkait dengan riwayat penyakitnya. Untuk itulah, para dokter biasanya tidak puas jika hanya mengetahui sakitnya pasien yang sedang dikeluhkan, melainkan juga riwayat penyakit si pasien.
Jika hal ini dilakukan dengan cermat dan segera ditangani, maka sang dokter sudah mampu menjalankan SOP-nya dengan benar. Lalu, bagaimana dengan kita yang bukan dokter?
Ada dua situasi yang tepat untuk melakukannya. Pertama, adalah ketika kita menemukan teman kita terlihat tidak sesehat biasanya. Sebagai teman, sikap ini wajar untuk ditunjukkan, sekaligus sebagai langkah untuk mencegah si teman mengalami sakit yang kian parah.
Situasi yang kedua adalah ketika kita sama-sama menjadi pasien. Saling menanyakan penyakit dan riwayat penyakit seharusnya bukan lagi hal tabu jika sudah berada di tempat yang sama; RUMAH SAKIT.
Itulah mengapa, jika Anda sedang ditanyai oleh sesama pasien, jangan malu. Karena, mereka juga sedang mengalami situasi yang sama, meski bisa saja jenis penyakitnya berbeda.
Jadi, kita tidak perlu gengsi jika ditanya orang yang sedang menebus obat maupun yang sedang dirawat di tempat yang sama dengan kita. Karena, mereka juga ingin peduli dengan kita, begitu pula kita yang seharusnya peduli dengan orang lain.
Tindakan ini sebenarnya berkaitan atau bisa dikatakan merespon cara kedua yang ketika kita adalah dokter, maka tindakannya seperti di poin tersebut. Lalu, jika kita menjadi pasien -berbeda peran- maka cara kita untuk menunjukkan kepedulian kita kepada orang lain adalah dengan cara menjawab proses identifikasi penyakit tersebut secara jujur.
Apabila hal ini kita lakukan, maka kita bukanlah maling. Karena, ketika kita mampu menerobos ke lingkungan tertentu dengan penyakit kita, apalagi yang menular, maka kita juga disebut maling, alias maling kesehatan.
Dampaknya pun sama berbahayanya dengan maling harta-benda. Mereka yang maling harta-benda saja dapat disebut pelaku kriminal, apalagi yang mampu merebut kesehatan orang lain, tentu mereka juga dapat disebut pelaku kriminal.
Sehingga jika tidak ingin dianggap demikian, maka mulailah untuk jujur terhadap riwayat penyakitnya masing-masing. Siapa tahu dengan kejujuran itu, kita bisa memiliki kesempatan untuk selamat atau setidaknya dapat menyelamatkan orang lain.
Kejujuran memang tidak selamanya terlihat baik bagi yang melakukannya, apalagi jika itu berkaitan dengan penyakit yang diderita. Namun, dengan kejujuran tentang diri sendiri, biasanya akan membuat kita lebih tenang.
Soal pengakuan/penghargaan, bisa saja bukan orang banyak yang akan memberikan testimoni terhadap kejujuran kita. Namun, cukup orang-orang yang tahu dan mengerti apa makna kejujuran yang sedang kita lakukan. Yaitu, untuk peduli kepada orang lain.
Semoga kita masih diberikan kesehatan dan terhindar dari segala virus yang menggerogoti masa hidup kita.
Malang, 27-28 Januari 2020
Deddy Husein S.
Tambahan:
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah kejadian di rumah sakit yang mana teman penulis (narasumber/narsum) sedang dirawat di tempat tersebut. Kejadiannya melibatkan seorang pasien -sekamar dengan narsum- yang ternyata mengidap salah satu penyakit yang dapat menular.
Beruntung pihak rumah sakit cepat tanggap dan segera melakukan penanganan agar virus dari riwayat penyakit si pasien tersebut -awalnya dia mengaku sudah sembuh- tidak menular ke pasien lain. Apalagi, di ruang tersebut terdapat pasien yang sedang hamil -yang mana rentan dengan penularan virus penyakit. Salah satunya adalah narsum.
Melalui kejadian itu, penulis secara pribadi mengaku bangga dan berterimakasih kepada pihak rumah sakit tersebut, karena masih mampu menjaga kinerja dan perannya sebagai penolong si sakit -dengan kepeduliannya. Semoga sang narsum maupun yang sedang sakit di rumah sakit tersebut dapat segera sembuh dan kembali ke keluarganya masing-masing.
Salam!
Ulasan-ulasan terkait:
Scitechdaily.com, Alodokter.com 1, Grid.id, Alodokter.com 2, Indozone.id, Netralnews.com, Kaltim.prokal.co, Jeda.id, Beritajatim.com, Kompas.tv, Detik.com 1, Detik.com 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H