Tindakan ini jelas sangat positif dan patut diapresiasi. Karena tidak semua orang berani "mengaku" sakit di depan umum. Bahkan, tidak jarang, kita justru berpura-pura sehat agar tidak dijauhi oleh teman maupun orang lain di tempat yang sama.
Namun, dengan kita menggunakan masker itu, setidaknya mereka yang awalnya kawatir tertular menjadi lebih maklum dan bahkan menyukai tindakan kita tersebut. Karena, tentu mereka merasa berterimakasih atas kepedulian kita terhadap sesama.
Dua hal yang terlihat mirip, namun sebenarnya berbeda. Sakit yang dikeluhkan saat berkunjung ke dokter bisa saja tidak terkait maupun terkait dengan riwayat penyakitnya. Untuk itulah, para dokter biasanya tidak puas jika hanya mengetahui sakitnya pasien yang sedang dikeluhkan, melainkan juga riwayat penyakit si pasien.
Jika hal ini dilakukan dengan cermat dan segera ditangani, maka sang dokter sudah mampu menjalankan SOP-nya dengan benar. Lalu, bagaimana dengan kita yang bukan dokter?
Ada dua situasi yang tepat untuk melakukannya. Pertama, adalah ketika kita menemukan teman kita terlihat tidak sesehat biasanya. Sebagai teman, sikap ini wajar untuk ditunjukkan, sekaligus sebagai langkah untuk mencegah si teman mengalami sakit yang kian parah.
Situasi yang kedua adalah ketika kita sama-sama menjadi pasien. Saling menanyakan penyakit dan riwayat penyakit seharusnya bukan lagi hal tabu jika sudah berada di tempat yang sama; RUMAH SAKIT.
Itulah mengapa, jika Anda sedang ditanyai oleh sesama pasien, jangan malu. Karena, mereka juga sedang mengalami situasi yang sama, meski bisa saja jenis penyakitnya berbeda.
Jadi, kita tidak perlu gengsi jika ditanya orang yang sedang menebus obat maupun yang sedang dirawat di tempat yang sama dengan kita. Karena, mereka juga ingin peduli dengan kita, begitu pula kita yang seharusnya peduli dengan orang lain.