Terlepas dari realitas yang beredar bahwa pendukung Persija juga kebanyakan berlandaskan semangat kedaerahan ataupun militanisme yang berujung bentrok sana-sini.Â
Saya tetap berpikir bahwa Persija adalah klub Indonesia yang cocok untuk merepresentasikan karakter saya. Itulah mengapa saya pilih Persija dan beruntungnya di Persija saya menemukan sosok teladan pada pemain yang bernama Bambang Pamungkas.
Saya tidak ingin membandingkan sosok Bepe dengan legenda-legenda lainnya, namun saya lebih ingin (sedikit) memperlihatkan Bepe sebagai sosok yang patut diperhitungkan sebagai individu, alias tidak hanya melihatnya sebagai pesepakbola dan itu penting bagi kita yang mungkin kurang menyukai sepak bola.
Dia juga memperlihatkan kemampuannya dalam bidang lain yang pada saat itu cukup sulit dilakukan oleh pesepakbola profesional. Mengapa?
Menjadi pesepakbola profesional maka fokusnya harus tentang sepak bola, alias di pikirannya hanya tentang how to create and upgrading skill on the field. Itulah mengapa banyak orang yang bermain sepak bola malas berpikir tentang hal lain.Â
Mereka juga tak menutup kemungkinan untuk menjauhi urusan politik negara, perekonomian negara, hingga isu-isu terkini disekitarnya. Karena alasannya adalah agar fokus bermain sepak bola.
Sedangkan Bambang Pamungkas tidak demikian. Di saat dia masih aktif bermain, justru dia sudah mendaftarkan diri sebagai jurnalis, meski ranahnya tetap sepak bola.Â
Begitu pula di ranah media online, dia menjadi pesepakbola profesional Indonesia yang pertama kali memiliki blog sendiri. Kalaupun ada, mereka biasanya merupakan eks pesepakbola.
Langkah ini seperti yang dilakukan pesepakbola internasional, seperti Juan Mata yang dikenal juga memiliki kemampuan menulis selain menjadi playmaker Manchester United dan eks pemain Valencia. Artinya, apa yang dilakukan Bepe rata-rata selangkah di depan pesepakbola lainnya, khususnya di Indonesia.