Namun, ada satu hal yang perlu dikritisi dari permainan Vietnam, namun sebenarnya itu juga menjadi bagian dari taktik mereka. Yaitu, taktik non-teknis. Mereka mencoba mencari keuntungan dengan mudah jatuh ketika mendapatkan pressure dari pemain Indonesia, dan itu sangat menguntungkan Vietnam. Karena, dalam beberapa kesempatan dapat membuahkan tendangan bebas yang dua diantaranya menjadi gol untuk Vietnam.
Penulis menduga bahwa ini adalah taktik non-teknis yang disiapkan oleh Park Hang-seo yang kali ini lebih menghargai permainan timnas Indonesia dan jauh lebih siap untuk rematch dengan Indra Sjafri. Apakah ini sah?
Selama wasit gagal menemukan taktik ini sebagai trik untuk mencari keuntungan, maka apa yang dilakukan Vietnam sah. Termasuk apa yang dilakukan salah satu pemain Vietnam yang mencederai Evan Dimas. Meski Evan harus benar-benar kesakitan dan wasit tidak berhasil melihat kejadiannya secara jeli, maka apa yang dilakukan Vietnam juga sah.
Namun, kamera tidak bisa dibohongi. Untuk itulah, mengapa di persepakbolaan modern saat ini VAR diberlakukan. Karena, wasit dapat luput dari kejadian, sedangkan VAR tidak bisa dikelabui. Sayangnya di gelaran Sea Games 2019, VAR belum berlaku di cabang sepak bola. Sungguh menyedihkan.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Dari kekalahan ini, harapannya Indra Sjafri maupun calon-calon pelatih Indonesia di Sea Games selanjutnya ataupun di turnamen lainnya dapat belajar. Apa yang dipelajari? Yaitu mempersiapkan taktik secara komplit, baik teknis maupun non-teknis.
Selain itu, jangan selalu berpatokan pada hasil kemenangan untuk mencari kunci kelebihan dari permainan tim sendiri, namun juga melihat sisi kelebihan lawan meski lawan mengalami kekalahan. Ini yang sebenarnya dilakukan oleh Vietnam.
Ketika mereka melihat Indonesia mampu unggul terlebih dahulu di laga fase grup, di situlah mereka menaruh perhatian. Mereka berupaya untuk tak mengulangi situasi serupa. Selain itu, Park Hang-seo yang kali ini semakin terlihat arogan ternyata mengajak timnya bermain seolah bukan tim unggulan yang dijagokan untuk menang mudah. Hal ini terlihat dari skema permainan mereka yang lebih oportunis dibandingkan timnas Indonesia yang berupaya memegang kendali.
Seolah, kita diajarkan oleh Park Hang-seo cara bermain yang benar dengan taktik yang sebenarnya dilakukan oleh Indonesia di pertemuan pertama. Seolah lagi, kita ditunjukkan partai rematch yang saling bertukar peran. Jika di laga pertama, Vietnam mampu mendikte permainan Indonesia. Sedangkan di laga kedua atau laga pamungkas di Sea Games cabor sepak bola putra ini, Vietnam lebih memilih untuk menunggu aksi para pemain Indonesia dalam mengkreasi serangan.