Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

SEA Games 2019, Ketika Medali Emas Sepak Bola Lebih Berharga daripada Juara Umum

6 Desember 2019   09:50 Diperbarui: 6 Desember 2019   17:25 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia U-22 Sea Games 2019 yang berlaga di Filipina. (ANTARA/Sigid)

Juara umum sepertinya tidak menjadi target utama bagi Indonesia di gelaran SEA Games 2019. Kandidat terkuat pun lebih mengarah pada Filipina sebagai tuan rumah. Sementara Vietnam cukup gigih mempertahankan posisi kedua.

Namun, Indonesia seharusnya tetap memiliki target tinggi dan itu tidak harus menjadi juara umum. Yaitu, meraih medali emas di cabang sepak bola putra.

Tumpuan besar ada di Timnas Sepak Bola putra, karena kita sudah sangat haus untuk berprestasi di cabang tersebut di SEA Games. Perlu sedikit diingat bahwa terakhir meraih medali emas adalah tahun 1991.

Dewasa ini, sepak bola tetaplah menjadi gengsi tersendiri bagi setiap negara, termasuk Indonesia. Maka, tak mengherankan jika cabang sepak bola putra menjadi sasaran tembak harapan bagi masyarakat Indonesia. Intinya Indonesia harus juara, titik.

Maka dari itu, Indonesia harus berani untuk menetapkan target meraih medali emas SEA Games 2019 di cabang sepak bola. Bahkan, kalaupun kontingen atau cabor lain tak banyak berbicara (mendulang emas), masyarakat Indonesia akan ikhlas untuk memaafkannya.

Prestis sepak bola memang sangat tinggi, apalagi jika sudah menyangkut gengsi. Karena, ini masih di level ASEAN loh. Jadi, kenapa tidak untuk berupaya meraih hasil tertinggi?

Namun, yang perlu kita perhatikan adalah prosesnya. Sebelum mencanangkan taget juara/medali emas, kita perlu mengetahui bagaimana persiapannya. Termasuk melihat siapa yang ada di pinggir dan dalam lapangan.

Menariknya, pelatih timnas Indonesia untuk SEA Games 2019 ini adalah Indra Sjafri. Pelatih yang pernah menuntaskan dahaga gelar juara di level junior pada 2016 itu diharapkan mampu mengulangi kisah yang sama ketika menangani tim junior lainnya yang lebih matang.

Apalagi dirinya juga masih dibantu oleh pemain-pemain yang pernah menjuarai Piala AFF U-19 seperti Evan Dimas Darmono dan Zulfiandi.

Inilah yang membuat optimisme masyarakat meningkat. Termasuk dengan hasil dua pertandingan pertama yang berhasil membuahkan kemenangan 100%. Modal kemenangan tersebut yang salah satunya diperoleh dari kandidat juara, Thailand tentu membuat timnas Indonesia diperhitungkan untuk menjadi kandidat juara.

Baca juga: Timnas Indonesia kalah dari Vietnam. 

Meski, tak menutup kemungkinan juga bahwa Indonesia dapat tergelincir ketika di final. Mengingat Indonesia seringkali mendapatkan revans dari lawan ketika di fase gugur. Ambil contoh di Piala AFF (senior) 2010. Kita yang awalnya terlihat hebat di fase grup, justru gagal juara oleh lawan yang awalnya dibantai dengan skor telak.

Hal ini juga terjadi di turnamen lain dan dapat terulang di turnamen ini ketika sudah memasuki fase-fase krusial --diprediksi akan bertemu lagi dengan Vietnam. Maka dari itu, kita tetap perlu waspada meski telah memiliki peluang untuk meraih medali emas. Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Osvaldo Haay dkk tampil meyakinkan bagi publik Indonesia di fase grup, meski harus sempat merasakan kekalahan dari Vietnam. (ANTARA/Sigid)
Osvaldo Haay dkk tampil meyakinkan bagi publik Indonesia di fase grup, meski harus sempat merasakan kekalahan dari Vietnam. (ANTARA/Sigid)
Peluang untuk juara di setiap episode SEA Games memang selalu terbuka bagi Indonesia. Selain karena bibit pesepak bola muda Indonesia selalu melimpah, Indonesia juga diprediksi dapat melakukan perbaikan dalam sepak bolanya -seiring berjalannya waktu. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah pelatihnya.

Sejauh ini, Indonesia di level junior masih bergantung dengan kapasitas dua orang yang sama; Fakhri Husaini dan Indra Sjafri. Kebetulan, keduanya telah berhasil membawa anak asuhnya juara di level Asean meski di level yang berbeda (U-16 dan U-19). Memang dua nama ini yang terlihat mampu menyatu dengan para pemain muda Indonesia.

Lalu, siapa yang dapat menggantikannya jika kemudian Indonesia gagal meraih juara di SEA Games tahun ini?

Sulit rasanya untuk mempertahankan Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas junior. Mengingat potensinya dapat menarik minat bagi klub Liga 1 maupun dapat menjadi kandidat pelatih Timnas senior pada suatu saat nanti. Sehingga, yang tersisa hanya Fakhri Husaini.

Namun, dengan apa yang terjadi pada Fakhri Husaini kemarin (pamit), maka ada kemungkinan Fakhri tidak akan menjabat posisi pelatih di turnamen yang targetnya tidak sepenuhnya mudah dan rentang kerjanya tidak cukup lama

Artinya bukan berapa tahun Fakhri Husaini bekerja di level yang sama, melainkan apa target yang dapat dipenuhi oleh Fakhri bersama tim yang skuadnya selalu berubah.

Maka dari itu, peluang untuk meraih emas di SEA Games tahun ini diharapkan dapat terealisasi. Agar, tidak membuat setiap pelatih tertekan pada misi buka puasa, melainkan misi melanjutkan tren positif tersebut (juara) ke arah upgrading/level up.

Artinya, jika tahun ini Indonesia mampu meraih emas di cabor sepak bola putra. Maka, di tahun-tahun berikutnya, Indonesia dapat mengalihkan fokus ke level-level selanjutnya. Idealnya adalah Piala AFF (senior), karena disanalah pekerjaan rumah kita belum kunjung selesai -menjadi juara.

Baca juga: Timnas SEA Games Sudah Bisa Dibebani.

Namun, sebelum mengarah ke sana, kita sangat perlu membuat pondasi. Pondasi itu adalah mental. Mental pemenang dan harus terealisasikan dengan juara. Jika Indonesia dengan generasi Bagas Adi dkk ini mampu merasakan bagaimana caranya untuk meraih juara, maka di level senior mereka tidak akan ragu untuk head up (percaya diri) ketika berhadapan dengan timnas lain seperti Thailand, Vietnam, Singapura, maupun Malaysia -generasi mereka akan kembali bertemu.

Pada akhirnya kita harus berani memilih; juara di cabor sepak bola atau meraih banyak medali emas di cabor lain (tanpa sepak bola). Jika penulis yang memilih, juara di sepak bola selalu lebih penting (tanpa mendiskreditkan kontingen cabor lain).

Karena, setenar-tenarnya cabor badminton yang selalu menjadi tulang punggung Indonesia, tetap saja yang menjadi bahan ngobrol ngalor-ngidul bapak-bapak dan mas-mas di warung kopi adalah sepak bola.

JADI, AYO INDONESIA! TUNTASKAN MISIMU!

Malang, 29 November - 6 Desember 2019
Deddy Husein S.

Berita terkait:

Bola.com dan Bolasport.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun