Dalam beberapa waktu ini, masyarakat Malang dan sekitarnya berhasil menyaksikan kembali pertunjukan menarik di Gedung Kesenian Gajayana (GKG). Gedung yang terletak tak jauh dari Pasar Besar (Pabes) Malang tersebut mulai digunakan kembali sebagai wadah pentas bagi komunitas maupun penggiat seni pertunjukan.
Dari instansi kampus hingga independen, mereka dapat menyuguhkan pertunjukan yang dapat menarik perhatian bagi penikmat seni di Malang. Jika biasanya masyarakat Malang yang mengenal teater akan lebih banyak mencari pementasan dari kampus ke kampus. Kini, mereka dapat menantikan kabar bahagia tersebut dari keberhasilan para penggiat seni itu mengadakan pertunjukan di Gajayana.
Memang, gedung ini adalah gedung lama dan juga sebenarnya sudah cukup sering digelar acara yang berkaitan dengan kesenian di masa lalu. Namun, ada kabar tak bagus tentang gedung tersebut. Karena, menurunnya intensitas penggunaan Gajayana membuat masyarakat mulai tak mengenali Gajayana kecuali mereka yang ada di sekitar gedung tersebut.
Bukan hanya itu, kendala lokasi gedung tersebut juga menjadi faktor lain yang dapat membuat masyarakat penonton seni pertunjukan tak begitu antusias. Apalagi jika masyarakat penontonnya adalah mahasiswa. Maka, bukan salah mereka jika mereka hanya dapat menjangkau tempat-tempat terdekat -dari kampusnya masing-masing.
Seolah gayung bersambut, terdengar selentingan kabar bahwa Gajayana akan mengalami renovasi dalam waktu dekat. Ini tentu akan menjadi kabar sangat baik bagi penggiat seni di Malang untuk berekspresi lagi di panggung Gajayana dan membuat masyarakat penonton kembali "dekat".
Kedekatan ini lebih pada seringnya penonton menjangkau Gajayana ketika terdapat pertunjukan -terlepas dari jaraknya. Sehingga, apabila gedung ini mengalami perbaikan dan intensitas pertunjukan seni meningkat, maka masyarakat akan semakin sering menyambangi lokasi tersebut dan merasa dekat.
Begitu pula pada penyematan Malang sebagai salah satu daerah penghasil karya seni, maka akan semakin terbuktikan dengan keberadaan infrastruktur yang memadai dan berkualitas. Jika kualitas Gajayana meningkat, maka tidak akan sulit bagi penggiat seni untuk memanfaatkannya dengan baik.
Peningkatan kualitas infrastruktur juga diharapkan tidak diiringi dengan kesulitan dalam proses penggunaannya (birokrasi dan administrasi). Karena, dengan prosedur yang tidak terlalu sulit akan membuat asa dan semangat penggiat seni tidak terlalu terbentur-bentur. Meski, mereka (para seniman) juga diharapkan mampu beradaptasi dengan proses penggunaan gedung itu sebagaimana mestinya.
Harapannya ada pementasan-pementasan selanjutnya dari CAKTEMA, MASTER, dan lainnya di Gajayana dan membuat masyarakat Malang tidak hanya memburu tiket film di bioskop setiap weekend, melainkan juga memburu tiket-tiket pentas teater yang kini tak hanya berada di tempat-tempat yang terlihat eksklusif seperti kampus-kampus.
Karena, sesungguhnya para penggiat teater itu juga ingin ditonton dan mereka juga ingin dekat dengan masyarakat. Supaya pertunjukannya tidak hanya sekadar memberikan pesan "angin lalu" -tidak sepenuhnya menjangkau masyarakat. Namun, juga menancapkan pesan tersebut sesuai dengan harapan mulia para penggiat teater tersebut.
Jika proses "pembabatan" diri dari Gajayana sukses terlaksana, maka tidak akan sulit bagi Malang untuk menjadi tuan rumah bagi pertunjukan seni teater dari kota-kota lain yang ingin memperkenalkan dirinya ke masyarakat Malang. Sehingga, tali silaturahmi antar teater di seluruh penjuru Indonesia juga dapat tercipta di Malang.
Begitu pula dalam hal sosialisasi (lagi) terhadap seni teater ke masyarakat, akan lebih baik jika terjadi di Gajayana. Karena, seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa Gajayana menjadi harapan yang bagus untuk membuat seni teater tak seolah terlihat eksklusif. Masyarakat Malang harus benar-benar tahu teater dan tak lagi berstereotip aneh-aneh terhadap teater.
Selain itu, dengan pertunjukan terbaru di Gajayana yang dipersembahkan oleh MASTER juga membuat masyarakat perlu mengetahui bahwa Malang masih sanggup menumbuhkan penggiat teater baru selain komunitas-komunitas lama yang sudah berupaya untuk bangun dari tidur panjangnya.
Jadi, mari kita ucapkan selamat kepada MASTER (penggiat teater/seni), Gajayana (infrastruktur), dan Malang (rumah berkesenian para pengkarya). Semoga kita dapat berjumpa lagi dengan pertunjukan teater dan seni menarik lainnya di Gajayana, segera!
Malang, 24-25 dan 28 November 2019
Deddy Husein S.
Bacaan terkait:
Goodnewsfromindonesia.id, Kompasiana.com, Malangtimes.com, Malangkota.go.id.
Blog MASTER: master-malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H