Namun, di musim 2019 mereka menatap Liga 1 dengan lebih baik dan mereka tidak tergoda untuk panik karena gagal bersaing di Piala Presiden 2019 dan Piala Indonesia 2018 -yang finish di tahun 2019.
Kegagalan di dua gelanggang tempur tersebut justru membuat Bali United terlihat kalem di mata publik, namun garang di lapangan. Bahkan, pamornya di awal musim Liga 1 2019 kalah dengan Tira-Persikabo yang secara mengejutkan menjadi pimpinan klasemen sementara.
Namun, dengan pengalaman mengelola skuad pemenang selama 2017 oleh tim manajemen, ditambah keberadaan pelatih sekaliber Stefano Cugurra (eks jawara 2018) membuat Bali United semakin kokoh di puncak.
Inilah yang patut dipelajari oleh klub-klub lain di Liga 1, bahwa untuk menjadi tangguh dan menjadi calon jawara tidak dapat bermodalkan skuad pemainnya saja, kualitas pelatihnya saja, ataupun kehebatan tim manajemen dalam mengelola tubuh klub tersebut. Seluruh bagian dari setiap tim harus bersatu dan bekerjasama, termasuk suporter.
Di sini, suporter juga harus mendapatkan fasilitas. Tidak hanya ruang berekspresi, namun juga ruang berdialog langsung dengan timnya. Isinya kurang lebih adalah tentang apa yang dapat mereka lakukan (giving) untuk tim tersebut dan apa yang ingin dicapai oleh timnya (taking).
Dua hal ini juga krusial dalam menentukan laju sebuah klub untuk tetap kondusif dan fokus -pada semua plan yang ada.
Berangkat dari contoh tersebut, ada harapan bahwa Persebaya juga dapat melakukan hal serupa. Jika Bali United bisa, mengapa tidak untuk Persebaya dan klub-klub lainnya.
Begitu pula dengan apa yang terjadi pada Persebaya di musim ini. Harapannya dengan pengalaman (buruk) di musim ini, pihak Persebaya tidak lagi melakukan hal yang serupa.
Karena, dengan pergantian pelatih sebanyak itu, hasilnya seperti yang sempat terduga di artikel sebelumnya. Yaitu, belum tentu pelatih baru akan memberikan dampak positif bagi Persebaya ketika Coach Djanur dilengserkan.
Justru, pada akhirnya kita harus melihat klub selegendaris Persebaya semakin kacau menjelang akhir -situasi yang sebenarnya serupa dengan musim lalu.
Memang, kini mereka ditangani oleh Aji Santoso. Salah seorang pelatih berpengalaman di kompetisi sepakbola Indonesia. Namun, jika Djanur saja pernah terdepak dari Persebaya meski dia pernah menjadi juru selamat--dan pernah kampiun.