Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sulli dan Dramaturgi Figur Publik yang Dipenuhi Kesalahan

20 Oktober 2019   13:10 Diperbarui: 22 Oktober 2019   03:56 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari ketiga hal inilah kemudian kita dapat mengaitkannya dengan "kerangka hidup" pada dramaturgi dan figur publik. Menjadi figur publik, Sulli pasti harus memiliki front stage dan back stage.

Pada front stage, Sulli dituntut untuk kuat, selalu bahagia, menebar kebaikan, dan (nyaris) sempurna. Sedangkan pada back stage, Sulli pasti membutuhkan waktu untuk istirahat, kepemilikan rahasia kehidupan pribadi, ruang untuk bersama dengan dirinya sendiri, dan bebas.

Saya tidak menulis kebebasan. Karena, dengan kata bebas, pikiran saya adalah bebas untuk berekspresi, memperkenalkan dirinya, dan bebas untuk memilih apa yang dia inginkan.

Sama seperti kita yang terkadang ingin menentukan sendiri keinginan kita dan itu lebih dapat digambarkan dengan kata bebas dibandingkan kebebasan. Bagi saya, kata itu terlalu filosofis. Meski, sebenarnya kebebasan itu adalah rangkuman untuk menggambarkan apa yang saya sebutkan tadi.

Baca: Sulli dan Depresi (Kompas.com)

Lalu, di ranah umum -tidak hanya Sulli- kita dapat menemukan bahwa kebanyakan figur publik dituntut untuk dapat menjadi panutan. Inilah yang sangat sulit untuk dapat dipenuhi. Memang, dalam masa-masa tertentu seorang figur publik dapat menginspirasi banyak orang. Namun, di masa-masa tertentu lainnya, seorang figur publik juga dapat tersandung batu.

Contohnya, seperti apa yang dialami sejumlah figur publik di Indonesia. Mereka yang memiliki banyak penggemar juga pada akhirnya harus menunjukkan sisi gelapnya. Walau, itu juga tidak dapat dideskripsikan sebagai kegelapan.

Bisa saja keputusannya untuk melakukan hal-hal yang dinilai masyarakat adalah suatu hal yang negatif, justru (sebenarnya) menjadi media bagi figur-figur publik tersebut untuk tetap dapat eksis dan "menemani" waktu santai masyarakat ataupun penggemarnya.

Baca: Nunung dan Potret Buram Dunia Entertainment (Kompasiana)

Dari sini, tentu kita dapat mengetahui apa yang menjadi titik utama pada artikel ini. Yaitu, keutamaan pada sisi back stage pada figur publik yang harus dimengerti pula oleh masyarakat.

Artinya, semua figur publik pasti menginginkan adanya ruang dan waktu yang cukup untuk menikmati sisi back stage-nya, dan salah satu sisi back stage yang (mungkin) diharapkan oleh Sulli adalah bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun