Tulisan ini sebenarnya melanjutkan artikel sebelumnya yang membahas tentang masa depan Simon McMenemy di timnas Indonesia. Di artikel tersebut, saya memang masih memilih Simon untuk bertahan.Â
Namun, di sisi lain, saya juga tidak menutup ruang kemungkinan untuk melihat timnas berganti pelatih -jika syarat-syarat terpenuhi.
Berikut ini adalah nama-nama kandidat pilihan saya sebagai pelatih timnas Indonesia yang dimulai masa baktinya di tahun 2020 nanti:
- Alfred Riedl
- Luis Milla
- Fakhri Husaini
- Seto Nurdiantoro
- Stefano Cugurra
- Dejan Antonic
Mengapa Alfred Riedl kembali masuk ke bursa pelatih timnas?
Meski sudah berumur, namun pengalamannya bersama timnas masih dapat dimanfaatkan. Atau jika memang dirinya tidak dapat menjadi pelatih timnas, maka dirinya bisa dijadikan sebagai direktur teknik untuk timnas.Â
Karakternya yang tegas dan disiplin, menurut saya sangat cocok untuk melunturkan ke-santuy-an pemain timnas Indonesia.
Khususkan saja kinerja Luis Milla untuk melatih timnas senior, melalui cara itu dia akan memiliki konsentrasi yang penuh dalam membangun skuad senior sesuai dengan apa yang ingin dia terapkan.
Ketiga adalah Fakhri Husaini. Bagi saya, ada pelatih-pelatih yang memang sangat cocok untuk melatih timnas dibandingkan klub dan itu adalah Fakhri Husaini.Â
Memang dirinya tidak semoncer nama Rahmad Darmawan di level klub. Namun, ketika berbicara soal timnas, pola melatih Fakhri terlihat seperti lebih bagus.
Entah, apakah itu dikarenakan Fakhri disegani oleh para pemainnya yang kebetulan adalah pemain junior atau memang pola permainan yang diinginkan Fakhri mudah untuk dimengerti oleh para pemainnya.Â
Hal ini yang membuat saya lebih menjagokan Fakhri dibandingkan Rahmad Darmawan.
Nama keempat adalah Seto Nurdiantoro. Selain karena nama ini viral, Seto memang terlihat memiliki pola permainan yang menarik, yaitu responsif terhadap taktik lawan.Â
Ini yang sepertinya akan menarik jika diterapkan pada level timnas yang mana Seto akan memiliki banyak pilihan pemain yang punya kapasitas unggulan.
Namun, karena jam terbang, maka nama Seto masih perlu disimpan. Kalau pun dia berada di level timnas dalam waktu dekat, maka dia akan perlu didampingi oleh Direktur Teknik yang open minded untuk berdiskusi dengannya atau dirinya rela menjadi asisten pelatih timnas.
Nama kelima adalah pelatih klub lainnya di Liga 1, Stefano "Teco" Cugurra. Teco bisa memperagakan sepak bola cepat nan atraktif dan ini bisa diperagakan oleh timnas yang mana memiliki banyak pemain cepat.Â
Chemistry-nya dengan Riko Simanjuntak, Stefano Lilipaly, dan beberapa pemain lainnya akan memberikan keuntungan pada permainan timnas yang pasti tidak akan merasa inferior ketika berhadapan dengan lawan-lawannya.
Namun, permasalahannya adalah level timnas pasti berbeda dengan level klub. Khususnya dalam hal tekanan. Jika di level klub tekanannya muncul dari satu daerah saja, sedangkan di level timnas tekanannya muncul dari seluruh wilayah Indonesia.
Target pun akan menentukan juga bagaimana Teco bisa beradaptasi cepat di level timnas.
Nama terakhir yang mungkin mengejutkan banyak pihak adalah Dejan Antonic. Bagi saya, eks pelatih Madura United adalah pelatih yang menyukai pola permainan yang penuh kerja keras.
 Selain itu, dia juga berani menentukan siapa yang harus mengeksekusi bola mati langsung di lapangan dan itu pernah saya lihat ketika di suatu laga, Dejan Antonic mencegah Andik melakukan eksekusi bola mati dan meneriakkan nama Rama (Rendika Rama) untuk mengeksekusinya.
Dari contoh kecil ini, kita bisa melihat Antonic punya keberanian mengambil keputusan dan sangat tahu dengan kapasitas para pemain yang dimilikinya.Â
Poin ini jelas penting untuk dimiliki oleh pelatih timnas, karena di level itu cukup banyak pemain yang berkaliber bintang dan biasanya mereka juga memiliki keberanian untuk mengambil keputusan sendiri -di luar dari instruksi pelatih.
Selain itu, Antonic punya sikap gentle-man khas orang Eropa Timur yang berani menanggung kesalahan tim dan itu sangat perlu untuk diteladani oleh para pemain timnas.
Ini bisa terlihat dari keputusannya hengkang dari Madura United meski klub asal Madura itu tak berada di zona yang berbahaya.Â
Namun, karena dirinya tahu bahwa di masa kepelatihannya klub akan sulit juara (mungkin itu adalah target klub), maka dia memilih untuk mundur.
Memang ini terlihat aneh (fenomena pelatih mundur ketika klub tidak kritis), namun dari situ kita dapat melihat bahwa Dejan Antonic adalah orang yang merasa bahwa sebagai pelatih wajib introspeksi diri dan itu perlu juga dilakukan oleh pemain timnas ketika pasca pertandingan.Â
Termasuk bagi suporter timnas yang juga harus berani berlegawa meski kenyataan seringkali pahit untuk dirasakan.
Satu hal tambahan yang membuat Antonic masuk bursa pelatih timnas adalah dirinya sudah mengenali karakter permainan para pesepak bola di Indonesia.Â
Sehingga, ada kemudahan bagi Antonic untuk menentukan strategi yang ingin dia tawarkan -kepada PSSI- dan sesuai dengan karakter permainan Indonesia yang cepat dan ngeyel -tidak beda jauh dengan gaya permainan negara-negara Eropa Timur (Serbia, Montenegro, Kroasia, dll).
Dari nama-nama itu, kira-kira siapakah yang paling berpeluang melatih timnas? Apakah ada yang lebih tepat selain mereka?Â
Apakah ada peluang juga bagi Robert Rene Albert dan Darije Kalezic melatih timnas Indonesia?
Malang, 18-20 Oktober 2019
Deddy Husein S.
Referensi:
Kabar dari PSSI tentang Luis Milla (Liputan6.com)
Fakhri Husaini Minta Timnas U-19 Lupakan Kemenangan Atas China (Bola.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H