Hal ini yang membuat saya lebih menjagokan Fakhri dibandingkan Rahmad Darmawan.
Nama keempat adalah Seto Nurdiantoro. Selain karena nama ini viral, Seto memang terlihat memiliki pola permainan yang menarik, yaitu responsif terhadap taktik lawan.Â
Ini yang sepertinya akan menarik jika diterapkan pada level timnas yang mana Seto akan memiliki banyak pilihan pemain yang punya kapasitas unggulan.
Namun, karena jam terbang, maka nama Seto masih perlu disimpan. Kalau pun dia berada di level timnas dalam waktu dekat, maka dia akan perlu didampingi oleh Direktur Teknik yang open minded untuk berdiskusi dengannya atau dirinya rela menjadi asisten pelatih timnas.
Nama kelima adalah pelatih klub lainnya di Liga 1, Stefano "Teco" Cugurra. Teco bisa memperagakan sepak bola cepat nan atraktif dan ini bisa diperagakan oleh timnas yang mana memiliki banyak pemain cepat.Â
Chemistry-nya dengan Riko Simanjuntak, Stefano Lilipaly, dan beberapa pemain lainnya akan memberikan keuntungan pada permainan timnas yang pasti tidak akan merasa inferior ketika berhadapan dengan lawan-lawannya.
Namun, permasalahannya adalah level timnas pasti berbeda dengan level klub. Khususnya dalam hal tekanan. Jika di level klub tekanannya muncul dari satu daerah saja, sedangkan di level timnas tekanannya muncul dari seluruh wilayah Indonesia.
Target pun akan menentukan juga bagaimana Teco bisa beradaptasi cepat di level timnas.
Nama terakhir yang mungkin mengejutkan banyak pihak adalah Dejan Antonic. Bagi saya, eks pelatih Madura United adalah pelatih yang menyukai pola permainan yang penuh kerja keras.
 Selain itu, dia juga berani menentukan siapa yang harus mengeksekusi bola mati langsung di lapangan dan itu pernah saya lihat ketika di suatu laga, Dejan Antonic mencegah Andik melakukan eksekusi bola mati dan meneriakkan nama Rama (Rendika Rama) untuk mengeksekusinya.