Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lomba Puisi di Universitas Negeri Malang Membuka Peluang Saya Berkarya Lebih Jauh

13 Oktober 2019   21:45 Diperbarui: 15 Oktober 2019   13:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali lagi ke puisi. Pada akhirnya, saya punya pemikiran bahwa selain mengikuti proyek antologian tersebut, saya tentu perlu adanya challenge. Fungsinya adalah mengetahui seberapa upgrade kualitas saya khususnya dalam hal berpuisi. Maka dari itu, saya mencoba mencari event lomba puisi.

Beruntungnya, saya menemukan informasi lomba puisi nasional yang diadakan MP3 yang merupakan komunitas menulis di bawah naungan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (UM). Dari situlah, "petualangan" saya dimulai.

Hingga berakhir pada pembuatan video puisi. Entah apa tujuan dari pihak penyelenggara dengan mengharuskan peserta yang masuk nominasi 10 besar untuk membuat video membaca puisi. Pastinya, dengan keberadaan persyaratan itu, saya memiliki "kenakalan" untuk membuat video puisi seperti ini:

Mengapa saya membuat video puisi sedemikian rupa?

Karena, saya berpikir bahwa membaca puisi ala WS. Rendra sudah bukan zamannya. Apalagi menurut saya monolog pun saat ini juga mulai seperti hanya membaca naskahnya tanpa bergerak (hanya duduk di kursi pada semua judul monolog) atau bergestur selayaknya tokoh yang ada di naskah tersebut. Ini sering saya saksikan di stasiun televisi di sekitar Malang ini (tidak perlu saya sebutkan).

Memang tidak buruk, namun menjadi "so old" dan itu sudah tidak matching dengan perkembangan dunia hiburan khususnya di persenian yang mana sangat mengejar aspek visual. Walau saya akui bahwa apa yang saya hasilkan seperti video tersebut juga belum tentu mendapatkan reaksi positif -di luar unsur teknis videonya.

Namun, setidaknya sebagai penghasil karya, saya merasa bahwa sudah saatnya puisi menjadi bagian dari seni pertunjukan secara penuh. Jika dulu puisi menjadi seni pertunjukan dengan dibacakan seperti yang dilakukan WS. Rendra. Maka, saat ini puisi (bagi saya) juga bisa mengiringi seni pertunjukan digital seperti di Youtube.

Jika Youtube mulai banyak diisi oleh konten-konten interaktif, horor, dan kuliner, maka tidak menutup kemungkinan dapat dimanfaatkan pula oleh penggiat sastra, khususnya di Indonesia. Jadi, misi saya saat membuat video puisi tersebut hanya untuk memanfaatkan perkembangan dunia hiburan digital (videografi dan Youtube), agar dapat diisi oleh karya-karya seni khususnya dari bidang sastra. Selamat berkarya!

Malang, 13 Oktober 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun