Mungkin, faktor pengalaman dan kepemilikan leadership membuat Lerby dibutuhkan. Karena, memang timnas tidak hanya membutuhkan pemain-pemain yang tenang di lini belakang, namun juga di lini depan dan jawabannya adalah Lerby.
Lalu, apakah dengan perubahan pemain di timnas ini akan memberikan jaminan pada perbaikan?
Jawabannya tentu masih 50-50. Melawan Vietnam, mungkin akan sengit dan masih bisa disebut sepadan. Namun, sama halnya saat melawan Malaysia. Kita awalnya yakin dapat menang, namun akhirnya kalah tipis. Maka, kini Indonesia harus mampu bermain lebih anti tesis terhadap lawan.
Pertimbangannya adalah mengambil inisiatif terlebih dahulu atau memilih untuk responsif. Jika kita mengambil inisiatif, maka kita harus secara totalitas membawa arus permainan lawan ke gaya kita.Â
Tentunya jika sudah demikian, kita perlu keberhasilan dalam "mengakhiri perlawanan" dari tim lawan.Â
Cetak gol sebanyak-banyaknya dan kemudian fokus bertahan. Ini adalah cara yang aman, walau sulit. Karena, yang perlu diperhatikan adalah final touch dari pemain-pemain Indonesia saat memiliki peluang bagus.
Namun, juga kita reaktif, maka kita harus selalu menyediakan banyak opsi strategi dan selalu merespon strategi lawan. Di sini komunikasi tim pelatih dengan pemain sangat diperlukan dan tentunya harus ada pemain-pemain yang dapat mewujudkan arahan-arahan genting tersebut.
Melalui pertimbangan itu, sebenarnya ada nama-nama yang disayangkan tak dipanggil lagi, salah satunya adalah Ruben Sanadi. Karena pemain ini cenderung selalu tampil dengan instruksi-instruksi yang temporal (dapat berubah-ubah) dan pemain ini cukup mampu menjalankannya dengan baik.
Meski demikian, perubahan pada skuad ini patut diapresiasi dan tentunya berupaya untuk tetap optimis, bahwa Indonesia masih belum menyerah.
Tanggapan media massa dan Gusti Randa pasca kekalahan di dua laga awal: