Mungkin ini adalah bursa transfer musim panas paling sibuk untuk klub asal London Utara, Arsenal. Klub yang bermarkas di Emirates Stadium itu melakukan pembelian dan penjualan pemain yang cukup banyak. Ada 6 pemain yang didatangkan dan ada beberapa pemain yang keluar dari gerbang Emirates Stadium.
Ada dua pembelian kejutan yang dilakukan oleh Arsenal dan ada satu penjualan kejutan yang juga dilakukan Arsenal. Fokus kali ini adalah pada aksi pembelian Arsenal di musim panas 2019. Diawali dengan pembelian kejutan yang pertama, yaitu Nicolas Pepe. Pemain bertipe menyerang asal Pantai Gading itu didaratkan Arsenal dari klub asal Prancis, Rennes. Perekrutan ini juga disebut-sebut bermahar tertinggi dalam sejarah Arsenal.
Nilai transfernya bahkan melampaui nilai transfer Arsenal saat membeli Mesut Ozil dari Real Madrid. Ini membuat Arsenal berani membuktikan diri sebagai tim yang sangat serius untuk memulai musim baru dengan semangat baru. Mereka yang awalnya dikait-kaitkan dengan pemain Afrika lainnya, Wilfred Zaha, justru memilih Pepe untuk menjadi pemain termahalnya.
Setelah Pepe merapat ke Arsenal, ada pula transfer kejutan yang hadir di jam-jam terakhir menjelang penutupan bursa transfer musim panas untuk zona Inggris. Pemain yang berhasil didatangkan adalah David Luiz. Bek asal Brazil itu didatangkan Arsenal dari rival sekota, Chelsea.
Transfer ini bisa disebut mengejutkan, karena baru berhembus kabarnya hanya dalam waktu 2-3 hari saja menjelang deadline. Ini menjadi keunikan ketika Arsenal sebelumnya masih dikaitkan dengan beberapa bek potensial yang disebut-sebut dapat menggantikan slot yang ditinggalkan oleh Laurent Koscielny.
Baca juga: Tentang Laurent Koscielny
Perlu diketahui bahwa, pemain sekaligus mantan kapten tim Meriam London tersebut memilih hijrah ke Ligue 1 dengan membela Bordeaux. Kepergian ini membuat Arsenal sangat jelas membutuhkan bek tengah. Karena, mereka kehilangan pemain yang musim lalu masih mampu tampil hingga akhir musim, meski baru sembuh dari cedera parahnya.
Ketiadaan Koscielny membuat Arsenal harus segera mendatangkan pemain bertahan. Daniele Rugani dan Dayot Upamecano sempat disebut-sebut akan merapat ke skuad asuhan Unai Emery. Namun, isu itu dihempaskan oleh isu yang lebih unik lagi karena melibatkan sosok David Luiz.
Suatu kebetulan, ketiga pemain bertahan itu berinisial D. Namun, nama terakhirlah yang pada akhirnya sukses merapat ke Emirates Stadium. Transfer ini bisa disebut sebagai langkah bagus bagi Arsenal, namun juga menjadi keputusan yang memicu perdebatan di kalangan penikmat sepakbola Inggris. Apakah David Luiz adalah "panic buying" atau "best sollution" bagi Arsenal?
Pembelian eks Paris Saint Germain tersebut bisa disebut pembelian panik jika David Luiz adalah orang kemarin sore yang hadir di Premier League. Pada kenyataannya, David Luiz sudah berada di Inggris cukup lama. Bahkan dia berada di Chelsea pada dua periode. Periode pertama adalah pada 2011-2014 dan periode kedua pada 2016-2019. Dia kembali ke Stamford Bridge setelah sempat menjadi bagian tim kaya PSG sekaligus menjadi anak asuh Unai Emery.
Dari rekam jejak itu, maka akan terasa kurang tepat jika kehadiran David Luiz disebut sebagai panic buying. Memang, ada dua faktor yang paling relevan dengan pembelian David Luiz. Yaitu, waktu transfer itu terjadi dan kepergian Laurent Koscielny. Dua hal ini tergolong ampuh untuk dijadikan alasan bahwa Luiz merapat ke Arsenal karena Arsenal tidak punya pilihan lain untuk mengganti sosok Koscielny.
Namun, jika kembali pada catatan karirnya di Premier League, maka apa yang dilakukan Arsenal sudah tepat. Karena, mereka membutuhkan pemain yang berpengalaman seperti Koscielny untuk menggalang pertahanan The Gunners. Mereka memang sudah ada bek tangguh dalam wujud Sokratis Papastathopoulos. Namun, akan cukup riskan bagi Arsenal jika mereka tidak memiliki tandem yang sepadan dengannya.
Sokratis adalah bek tipe petarung. Maka butuh tandem yang sedikit berbeda agar tidak sering salah pengertian dengan rekannya ketika sedang berada di momen genting. Itulah mengapa Sokratis awalnya sangat ideal jika ditandemkan dengan Rob Holding. Terbukti di awal musim 2018/19 keduanya cukup bagus dan mampu membawa Arsenal konsisten untuk meraih poin-poin penting.
Karakter Holding mirip seperti Per Mertasacker. Pembaca alur serangan lawan dan selalu menunggu momen tepat untuk mengambil keputusan (tidak grusa-grusu). Holding juga sedikit ideal (dibandingkan Mertasacker) karena dia tidak terlalu tinggi. Sehingga, dia memiliki kecepatan yang baik ketika harus mengantisipasi pergerakan lawan ataupun serangan cepat dari lawan.
Dari sini kita bisa melihat bahwa sosok David Luiz cenderung ideal dibandingkan dua pemain sebelumnya yang dirumorkan mendekat ke Arsenal. Karena, pemain yang identik dengan rambut suburnya itu cenderung stylist, alih-alih powerfull seperti Thiago Silva (duetnya di PSG dan timnas Brazil). Dia tidak mengandalkan power untuk bertahan, namun lebih pada kejelian terhadap momentum.
Momentum ini bisa berupa saat-saat genting dalam bertahan (melakukan intercept) maupun saat-saat krusial dalam membangun serangan (long passing). Dia termasuk bek papan atas yang memiliki visi membangun serangan yang bagus. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh Arsenal ketika mereka melakukan skema "built-up play" dalam menguasai bola. Sehingga, meski usianya sudah tergolong tua (32 tahun), dia tetap dapat memberikan keuntungan bagi Arsenal dengan visi bermainnya yang sedemikian rupa.
Selain itu, David Luiz juga dapat menjadi salah seorang pemain Arsenal yang didapuk sebagai kapten cadangan. Artinya, kehadirannya di lapangan juga akan dibutuhkan Arsenal dalam hal leadership. Meski The Gunners sudah memiliki Sokratis yang sangat vokal dalam berkoordinasi dengan rekan-rekannya, tentu bukan suatu kemubajiran jika di lini belakang juga ada sosok David Luiz.
Semua pemain pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu pula pada bek yang kini mengenakan nomor 23 di Arsenal. David Luiz yang cenderung stylist ternyata juga memiliki kendala dalam mengelola emosi. Terkadang dia dapat melakukan kesalahan dengan membuat pelanggaran keras yang dapat menimbulkan perdebatan dan kerugian bagi timnya.
Memang hal ini cenderung wajar dan hampir selalu ada pada sosok-sosok bek tengah. Namun, dengan gaya mainnya yang terkadang terlalu beringas dalam menghadang pergerakan lawan (khususnya di babak kedua), dapat membuat Arsenal akan mengalami kerugian. Sehingga, apabila David Luiz sering melakukan keputusan yang tidak tepat, juga akan memberikan permasalahan (lagi) bagi lini belakang dan Bernd Leno.
Meski demikian, keputusan Arsenal dalam membeli David Luiz bisa disebut sebagai keputusan tepat. Karena, Arsenal akan memiliki William Saliba di musim depan (2020/21). Bek muda yang kini dipinjamkan ke St. Etienne itu dapat menjadi suksesor yang sebenarnya untuk Koscielny. Sedangkan untuk musim ini, Arsenal memang akan lebih baik bersama David Luiz daripada pemain-pemain lainnya.
Karena, Arsenal di musim ini (2019/20) diprediksi sedang berupaya membangun dinasti baru dengan Unai Emery sebagai pemimpinnya (di musim keduanya di London Merah). Sehingga, Arsenal tentu perlu pemain-pemain yang berkarakter dan berpengalaman untuk membantu Unai Emery mencapai target-target besarnya di musim ini. Apalagi, David Luiz juga pernah berada di kapal yang sama dengan Emery. Maka, tidak akan sulit bagi keduanya untuk kembali bekerja sama dan menghasilkan kesuksesan di musim 2019/20.
Jadi, apakah David Luiz adalah pembelian panik atau solusi terbaik?
Malang, 9 Agustus 2019
Deddy Husein S.
Catatan: sumber/referensi yang terkait ada di tulisan-tulisan bercetak biru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H