Apa susahnya seorang alumni UI dapat membuat semacam ilustrasi yang dapat mengungkap tentang relativitas antara gaji dengan kualitas/nama besar kampus?
Atau jika memang ingin menunjukkan kualitas dirinya sendiri, hal itu juga bisa dilakukan. Toh, secara fakta dirinya memang lulusan kampus ternama.Â
Maka, secara tidak langsung, masyarakat pasti akan memiliki penilaian yang berbeda antara dirinya dengan lulusan kampus lain di Indonesia. Jadi, jika ingin "show-up" seharusnya dilakukan secara totalitas.Â
Jangan setengah-setengah, apalagi jika dilakukan dengan cara yang sama seperti masyarakat non-alumni UI. Bukankah membuat celetukan di instastory itu bisa dilakukan oleh semua orang tanpa harus lulusan UI? Hehehe...
Dari situlah, tindakan si alumni terlihat tidak dapat mencirikan dirinya sebagai fresh graduate yang menekankan prestasinya, melainkan sensasi.Â
Inilah yang membuat tulisan di artikel ini juga mengkritisi tindakan tersebut. Pamer kualitasnya tidak ada dan hanya sekadar menarik perhatian masyarakat yang notabene selalu memerdulikan kisah-kisah seseorang di media sosial (kurang kerjaan).
Masyarakat pun terjebak pada trending tersebut dan membuat mereka mencoba meraba-raba kisaran gaji para alumni perguruan tinggi secara umum. Memangnya, berapa gaji yang layak diterima fresh graduate? Benarkah 8 juta itu kurang, lebih, atau wajar?
Jika sedikit merujuk pada ilustrasi-ilustrasi di atas, kita dapat melihat bahwa kehidupan seseorang secara nominal pasti berbeda meski secara kualitas bisa saja cukup setara.
 Itulah yang kemudian mempengaruhi target seseorang ketika dirinya sudah resmi menjadi tenaga kerja (bukan sekadar angkatan kerja).