Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lagu "Di Sana Menanti Di Sini Menunggu" Viral karena Isu Rancangan Perda Poligami?

18 Juli 2019   19:32 Diperbarui: 18 Juli 2019   19:49 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Lagu Di Sana Menanti Di Sini Menunggu. (Soundcloud.com)

Hari ini, saya dikejutkan dengan karya seorang komikus (Agustian Noor) yang membuat karya menarik berupa animasi mini. Animasi mini atau biasanya lebih akrab disebut gif -karena ekstensi file-nya tersebut- itu ternyata menggunakan salah satu tokoh di komiknya (berjudul Hati Baja) untuk dapat berjoget ala Tik Tok.

Tidak main-main, tokoh yang "diajak" untuk berjoget adalah Laksmi yang memang merupakan salah satu tokoh di komik Hati Baja yang sangat digandrungi oleh para pembaca komiknya. Bahkan, para pembacanya sedikit berguyon dengan membuat aliansi sebagai fans garis kerasnya. (hehehe)

Tampilnya Laksmi dalam "panggung perjogetan" itu ternyata menjadi bagian dari viralnya lagu "Di Sana Menanti, Di Sini Menunggu". Lagu versi remix itu viral di aplikasi muda-mudi masa kini yang bernama Tik Tok. Karena, memang lagunya yang sudah diaransemen menjadi versi EDM (electronic dance music) itu sangat enak untuk didengarkan. Maka, saya pun langsung turun tangan untuk sejenak menyentuh "ruang edit video" saya.

Dikarenakan ketertarikan dengan lagu tersebut dan berbekal animasi (gif) Laksmi yang berdurasi 14 detik -yang dibagikan oleh Mas Agustian di grup fanbase komiknya tersebut, saya sedikit mengolahnya menjadi video yang berdurasi sedikit panjang. Awalnya nyaris lebih dari 1 menit. Namun, dikarenakan perlu adanya penyesuaian (koreografi Laksmi) dengan musiknya, maka saya membuat videonya menjadi sekitar 55 detik.

Penggarapan itu hanya perlu waktu setengah jam (tentunya sudah melalui beberapa kali bongkar pasang) dan videonya pun dapat ditonton di sini. Di situ saya memang hanya menyajikan sekitar 20-an detik. Karena, konon, manusia itu sangat suka dibuat penasaran. Maka, saya sengaja mengunggahnya dengan sedemikian rupa. Hehehe...

Soal apresiasi bagus-tidaknya animasi dan video itu, saya bebaskan pada semua yang menontonnya. Apalagi jika itu menyangkut soal kualitas animasinya, maka, saya arahkan pada sang pembuatnya langsung (akun beliau ada di caption video tersebut).

Via Vallen juga meng-cover lagu ini dan lebih menonjolkan tajuk
Via Vallen juga meng-cover lagu ini dan lebih menonjolkan tajuk "Sungguh Kumerasa Resah". (Bogor.tribunnews.com)

Namun fokus artikel ini tidak hanya soal video animasi tersebut. Melainkan pada lagu yang menjadi latar suara video tersebut. Bagi beberapa orang (apalagi yang sudah sepuh) tentu sudah sangat tahu tentang lagu tersebut. Karena memang lagu itu sangat jadul. Jika menilik pada laman pencarian (ketik saja judul lagu itu), di situ muncul nama pemilik lagunya (Ukays/UK's), albumnya (Bisa Berbisa), dan tahun rilisnya; 1994!

Bahkan lagu itu sudah muncul sebelum saya lahir (hehehe). Begitu pula dengan genre-nya yang ternyata berada di aliran rock. Maka, sangat berbeda dengan aliran lagu yang sedang kita dengarkan saat ini. Apalagi akibat adanya Tik Tok.

Namun, berkat perubahan genre itu dan juga adanya aplikasi "joget online" itu, kita dapat kembali menikmati lagu lawas tersebut. Tentu dengan sentuhan musik yang baru, membuat kita sangat menikmatinya sambil terus menggerak-gerakkan kepala kita mengikuti irama lagu tersebut.

Lalu, mengapa lagu tersebut menjadi viral?

Pertama, jelas karena lagu ini masuk ke jajaran musik yang dimainkan ke dalam aplikasi Tik Tok. Namun, alasan kedua ini mungkin akan lebih menarik. Yaitu, adanya sinkronisasi lirik lagu dengan isu perancangan perda poligami di Aceh.

Memang, secara empiris lirik lagu ini tidak menggambarkan poligami. Namun dengan latar penyanyinya yang laki-laki dan sudut pandang lirik lagu ini juga laki-laki. Menggiring kita untuk membayangkan situasi yang digambarkan lirik lagunya ke arah kisah cinta yang bercabang.

"Seumur hidup aku ini yang pertama
Pintu hatiku diketuk oleh dua wanita
Punyai ciri selama ini kucari
Berbeza wajah ayunya tetap asli"

Secara normal, lirik ini lebih ditujukan pada hubungan asmara yang masih sekadar pacaran. Namun, dengan situasi saat kini yang lebih dekat pada isu poligami -yang kembali mengudara di awan Indonesia, maka, viralnya lagu ini juga dapat dikaitkan dengan hubungan kisah asmara "bercabang" yang menjurus pada upaya poligami.

Bisa dibayangkan sendiri-sendiri, bagaimana jika masing-masing (terutama yang laki-laki) berada di posisi yang menggiurkan seperti si "aku yang merasa resah" tersebut. pasti juga ikutan resah bukan? Ingin menolak, sayang. Ingin menerima, konsekuensinya super-duper berat. Bagaimana?

Namun, saya tidak ingin membawa tulisan di artikel ini ke arah yang sangat serius dalam mengupas poligami. Saya lebih suka menjadikan tulisan ini sebagai tulisan saya yang paling santai. Kemudian melalui tulisan ini pula, saya berharap bisa mengajak para pembaca yang budiman dan budiwati untuk kembali bernostalgia dengan lagu-lagu jadul yang kembali mengudara dengan sentuhan modernitasnya. Salah satunya adalah lagu "Di sana menanti, di sini menunggu".

Menurut saya, tidak semua modernitas (khususnya di permusikan) itu membawa kerugian.
Apalagi jika bisa membuat kita berjoget ria seperti si Laksmi. Pasti itu justru menyenangkan. Hehehe...

Selamat berjoget!

TuLungagung,18 Juli 2019
Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun