Jika kita bandingkan kehidupan saat ini yang sedemikian rupa dengan kehidupan di 4-5 tahun lalu, tentu sudah berbeda. Waktu itu untuk membelanjakan uang Rp 25.000,- untuk membeli pulsa saja masih pikir-pikir. Sedangkan sekarang, membelanjakan uang dengan nominal yang sama, sudah tidak begitu dipikirkan. Karena, selama untuk kebutuhan, kenapa tidak?
Inilah yang sebenarnya melandasi standar kehidupan kita saat ini, yang pada akhirnya memunculkan pemikiran lainnya yang menyatakan bahwa kita itu sebenarnya tidaklah miskin. Kita hanya sedang berada di lingkaran kehidupan yang berputar semakin kencang.
Bagi yang tidak mampu mengikuti kecepatan itu, tentu dengan ringannya akan mengatakan dirinya miskin. Namun, bagi yang masih ada di tengah-tengah kemampuan dalam mengikuti kecepatan itu, seyogyanya berpikir ulang dalam mengatakan dirinya miskin.
Siapa tahu jika ternyata standar kehidupannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Siapa tahu pula bahwa kehidupannya saat ini lebih baik daripada orang-orang di sekitarnya. Bahkan, bisa jadi, kehidupannya lebih baik dari orang-orang yang masih kesulitan untuk memiliki sepeda onthel dan juga ponsel monophonic.
Fakta-fakta semacam inilah yang sebenarnya patut dikedepankan ketika terjadi pemikiran bahwa kehidupan kita terasa sulit apalagi sampai menganggap diri miskin. Siapa tahu jika sebenarnya tidaklah demikian. Mungkin semua itu terasa demikian karena usaha kita kurang atau diri kita tidak mampu mengelola "pasak" yang tak sebanding dengan "tiangnya". (hehehe)
Bagaimana? Masihkah berpikir miskin?
Tulungagung, 11-12 Juli 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H