Karena, ketika sudah menjadi pasutri, maka ruang dan waktu kebersamaan seharusnya lebih leluasa. Bukan berarti selalu ada, namun lebih ke leluasaan yang berbeda dibandingkan saat masih pacaran. Jika ingin berantem, mereka punya hak. Bahkan, mungkin itu adalah situasi yang wajib ada, agar hubungan mereka terlatih untuk menghadapi permasalahan.
Perpisahan jelas bukan suatu peristiwa yang diinginkan setiap pasangan. Namun, hal ini bisa saja terjadi. Termasuk bagi yang mengalami cinlok. Walau begitu, tidak semuanya hubungan yang berdasarkan cinlok tidak dapat bertahan selamanya.
Faktor kedua adalah perbedaan usia. Ex Song Song Couple ini juga memiliki faktor ini. Song Hye Kyo jelas menjadi sosok idola para penikmat drama Korea sejak lama. Namanya bahkan lebih besar dibandingkan Song Joong Ki. Namun, karena Song Hye Kyo adalah perempuan dan biasanya pengagum aktris itu tidak seheboh pengagum aktor. Maka, pengaruh Song Hye Kyo kepada publik saat melangsungkan pernikahan tidak sekuat respon penggemar Song Joong Ki. Mengapa?
Karena, pernikahan untuk Song Hye Kyo adalah suatu kewajaran. Sebagai perempuan -jika status figur publiknya dihilangkan- dia tentunya sudah diharapkan menikah lebih cepat daripada saat itu. Sehingga, pernikahan Hye Kyo adalah keniscayaan.
Dari sini kita bisa melihat bahwa Song Hye Kyo lebih tua dari Song Joong Ki. Perbedaan usia yang biasanya hanya terjadi pada pihak lelaki yang lebih tua, namun nyatanya di pasangan ini situasinya berbeda. Namun, bukan berarti istri yang lebih tua itu akan membuat hubungan pasutri tidak dapat langgeng.
Kita bisa ambil contoh pada pernikahan Ussy Sulistyowati dengan Andhika Pratama. Keduanya bisa tetap bersama meski pihak perempuan lebih tua. Namun, sebenarnya perbedaan usia tidak hanya menjadi "accident" saat si perempuan yang lebih tua. Di pihak lelaki juga sama.
Ketika pihak lelaki terlalu tua, juga akan menghadirkan permasalahan. Namun, yang menjadi pembeda adalah rata-rata dari pihak lelaki memilih diam ketika terjadi perbedaan pendapat. Apalagi karena sudah merasa lebih tua, maka, sabar lebih dikedepankan dibandingkan memaksakan kehendak -menyaingi energi muda dari pasangannya.
Hal ini akan sedikit berbeda ketika lelakinya lebih muda. Meski, si lelaki akan berusaha bersikap dewasa, namun mereka pada suatu momen akan pernah berpikir jika mereka lebih muda.Â
Maka, mereka kadangkala merasa perlu untuk lebih diperhatikan. Inilah yang dapat menjadi permasalahan. Apalagi jika tidak sampai dirundingkan ataupun dimengerti oleh pasangannya.
Faktor ketiga nan krusial adalah karakter.