Namun, untuk mencapai tataran ini, perlu adanya kemawasdirian. Artinya, kamu tahu standarmu di mana dan -yang paling penting- orangtuamu juga tahu batas kemampuanmu ada di mana. Bukan berarti ada underestimate, namun lebih ke upaya mencari yang tepat.
Sama seperti kamu mencoba mencari pasangan (pacar), pasti kamu akan mencari yang tepat, bukan mencari yang sesuai dengan imajinasimu. Ini yang patut dicermati ketika kamu dihadapkan pada upaya untuk mendaftar ke sekolah favorit.
Memang sangat diperbolehkan untuk menempatkan sekolah favorit berada di plan A. Namun, di plan B, C, dst juga harus ada pilihan sekolah lainnya. Di sinilah letak pencegahan dari sikapmu untuk tidak banyak berulah negatif, atau menjadi nakal.
Kebanggaan memang perlu -ketika memilih sekolah favorit. Namun jika kebanggaan itu tidak ditemukan manfaat sebenarnya untuk dirimu, maka, kamu hanya akan memiliki kebanggaan yang semu.Â
Contohnya, kamu bersekolah di sekolah X yang favorit level 1 di kotamu. Lalu, tetanggamu menganggapmu sebagai anak pintar. Tapi nyatanya, kamu jarang mendapatkan nilai bagus di segala mata pelajaran. Lalu, apa yang kamu pelajari saat berada di sekolah favorit itu?
Berbeda halnya jika kamu bersekolah di sekolah yang sesuai kapasitasmu. Kamu yang tipikalnya tidak nakal, namun juga tidak rajin belajar, maka, kamu (cocoknya) bersekolah di sekolah Y yang levelnya ada di tengah.Â
Di situ kamu menemukan 'rule of the game' yang tidak seketat di level 1 tadi. Maka, yang terjadi adalah kamu akan mencoba untuk membuka pikiranmu dalam mempelajari apa yang ada di sekolah tersebut.
Ketika pikiranmu tenang, alias baik-baik saja, maka proses belajarmu juga akan pasti lebih baik. Begitu pula dalam hal sikap. Jika kamu mampu menunjukkan tindakanmu yang tidak/jarang melakukan pelanggaran tata-tertib (tatib) sekolah, maka orang-orang di sekitarmu (di sekolah itu) juga akan mendukungmu untuk survive ketika kamu memiliki kendala.
Hal ini penting, karena, sewaktu-waktu kamu akan memiliki kendala yang mungkin tidak dapat segera diselesaikan oleh orangtua atau keluargamu, melainkan harus dibantu pula dengan orang-orang di sekolahmu. Maka, kamu juga harus menanamkan sikap yang positif, agar orang-orang tersebut tanggap dan bersedia untuk membantumu.