Penulis yakin jawabannya 70% tidak. Mengapa demikian? Ambil contoh perpindahan agama dari Islam ke non-Islam yang dialami oleh seorang selebriti bernama Asmirandah -yang menikah dengan aktor sinetron yang non-Islam. Apa yang terjadi di masyarakat ketika mengetahui kabar itu? Mereka rata-rata menyayangkan keputusan tersebut.
Ini adalah fakta sosial yang tidak bisa dilawan di Indonesia. Bahkan, secara pribadi hal ini diakui sebagai kelumrahan. Siapa yang tidak mau membenarkan agamanya sendiri dibandingkan membenarkan agama orang lain, bukan?
Namun, bukan soal itu. Pemikiran ini lebih mengarah pada kesetaraan manusia tanpa embel-embel agama. Bagaimana perlakuan KPI terhadap masyarakat Indonesia yang non-Islam, jika prosesi mualaf disiarkan live? Inilah pekerjaan rumah yang tidak ingin dikerjakan oleh KPI. Untuk itulah mereka melakukan pencegahan dan ini adalah langkah yang bagus dan berani. Thumb up for them!
KPI di sini berhasil menjadikan televisi bukan untuk menjadi media yang menyuguhkan praktik agama sebagai bagian dari hiburan, melainkan tetap mencoba membuat praktik agama adalah ajaran (edukasi) yang sakral. Kesakralan itulah yang membuat agama itu sangat dihargai di atas ilmu pengetahuan lain dan itu harus dijaga oleh kita, tidak hanya KPI.
Sebagai manusia, penulis memberikan selamat atas upaya Deddy Corbuzier untuk membuka lembar kehidupan yang baru.
Sebagai manusia yang beragama, penulis juga memberikan pujian (salute) atas langkah berani Deddy Corbuzier untuk mencari pedoman hidup yang baru.
Good luck, Om Ded!
Semoga Allah memberkahimu.
Tulungagung, 21 Juni 2019
Deddy Husein S.
Beberapa berita unik seputar mualaf-nya Deddy Corbuzier:
Alasan KPI larang Live (Islampos.com),
KPI Larang Deddy Corbuzier Pindah Agama di Hitam Putih (yakin nih judulnya begini?) (popmagz.com),
KPI Disemprot Tengku Zul (suara.com).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H