Duel Conte dan Sarri Tentukan Masa Depan Juventus

Mungkin, muridnya tahu nilai rapor di setiap akhir ujian semester dan kenaikan kelas. Namun, dalam hal penilaian lainnya, si murid tidak akan tahu bagaimana nilainya bisa seperti itu. Artinya, murid tidak tahu mekanisme penilaian untuknya. 

Hal ini sama seperti yang terjadi di sepakbola. Pemain seperti Kepa Arrizabalaga tentu tahu jika dirinya punya kualitas yang bagus sebagai penjaga gawang. Namun, dia tentu tidak tahu bagaimana statistik dan data-data permainan tim secara menyeluruh -bahkan dari musim ke musim.

Peresmian Sarri ke Juventus. (Juventus.com)

Kejadian semacam ini tentu perlu menjadi pembelajaran bagi para pemain Juventus nanti ketika sudah resmi bermain bersama Sarri. Karena, taktik dan permainan adalah dua hal yang berbeda. Taktik adalah ranah mutlak bagi pelatih, sedangkan permainan adalah ruang penuh bagi pemain. Keduanya berkaitan, namun memiliki porsi masing-masing.

Di sinilah letak kelebihan Sarri dan kelayakannya menjadi pelatih Juventus di musim baru. Di musim yang baru pula, Juventus akan menghadapi para rival yang semakin berupaya menguatkan timnya masing-masing dan salah satunya adalah Inter Milan. Bersama pelatih anyar yang mampu meraih tiga kali scudetto beruntun bersama Juventus, tentunya akan memberikan optimisme untuk bangkit.

Conte bersama Steven Zhang. (Bola.okezone.com)

Bahkan, dengan modal memenangi gelar Premier League bersama Chelsea, membuat Antonio Conte sudah lebih faham tentang bagaimana caranya untuk juara -tak hanya di iklim Serie A. Maka, peluang Inter Milan untuk menghentikan dominasi Juventus mulai terbuka.

Keberadaan Conte di Inter Milan inilah yang membuat ada prediksi jika Juventus akan mengalami kegagalan. Yaitu, gagal mempertahankan tahta juara Serie A. 

Cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi. Walau harus dengan catatan bahwa penampilan Inter Milan harus sangat konsisten, dan berani bertaruh untuk lebih fokus di Serie A dibandingkan di Liga Champions.

Memang, Conte pernah berada di posisi yang bagus untuk Juventus saat di Liga Champions, Namun, keberadaannya di Inter Milan tentu bukan untuk berbicara tentang Liga Champions terlebih dahulu. Memutuskan rantai dominasi delapan musim beruntun milik Juventus adalah target paling realistis bagi Conte dan Inter Milan.

Pertemuan Conte dengan Claudio Ranieri di Kings Power Stadium. (Internetpaten.info)

Asa ini juga dapat dilihat dengan upaya Conte untuk mendatangkan beberapa pemain yang mendekati karakteristik permainan dan formasi andalannya, 3-5-2. Jika di Juventus, Conte menyukai tipe penyerang seperti Mario Mandzukic dan Fernando Llorente. Maka di Chelsea, Conte menginginkan penyerang seperti Olivier Giroud dan Alvaro Morata. Kini, di Internazionale, Conte menginginkan pemain jangkung seperti Edin Dzeko dan Romelu Lukaku.

Di sini, Conte terlihat jelas memiliki karakter. Inilah yang membuat Inter akan terlihat berbeda dibandingkan musim-musim sebelumnya. Mereka akan bermain dengan permainan yang taktis nan jelas.