Ada Barcelona, PSG, Juventus, dan MU. Empat tim besar di empat liga masing-masing. Jika Anda di posisi Matthijs De Ligt, apakah Anda mampu memilih satu di antara empat klub tersebut?
Pasti sulit untuk menentukan pilihan. Terlebih lagi, harus berpindah ke negara lain yang pastinya memiliki kultur sepakbola yang berbeda, termasuk gaya main klub tersebut. Jangankan negara, sebuah daerah yang berbeda saja, pasti sudah memiliki corak kehidupan yang (sedikit) berbeda. Namun, jika Anda adalah pesepakbola profesional, maka berpindah klub dari satu ke yang lain hampir pasti akan teralami.
Hal inilah yang sepertinya akan terjadi pada Matthijs De Ligt. Bek muda asal Belanda yang musim 2018/19 kemarin tampil mengesankan bersama Ajax Amsterdam. Penampilannya di lini pertahanan Ajax juga membuat Ajax mampu menjejak semifinal Liga Champions. Bahkan, mereka juga menjadi kampiun di Eredivise (Liga Belanda).
Kesuksesan ini tak hanya berdampak pada Ajax, namun juga pada para pemainnya, termasuk De Ligt. Pemain yang juga di-plot sebagai salah satu kapten tim ini pada akhirnya menjadi pemain yang banyak dibicarakan dalam isu bursa transfer musim panas 2019. Banyak klub besar yang diisukan tertarik dengan jasa pemain yang belum genap berusia 20 tahun tersebut. Namun, keputusan masih perlu melalui perhitungan yang tepat, agar karirnya tidak bermasalah di kemudian hari.
Dari beberapa klub yang dirumorkan mendekati De Ligt, ada empat klub yang disebut-sebut sangat dekat dengan peluang untuk menggaetnya.
Pertama adalah Barcelona. Rumor ini sudah berhembus sejak klub besar asal Spanyol ini mampu menggaet kolega De Ligt, Frenkie De Jong. Kepastian De Jong bermain di Camp Nou untuk musim depan (2019/20), membuat potensi Barcelona untuk dapat mendaratkan pemain Ajax yang kedua menjadi besar. Nama pemain itu adalah De Ligt.
Lalu, mengapa harus De Ligt dan bagaimana peluang De Ligt bermain di Barcelona?
Harus De Ligt, karena Barcelona harus mulai berpikir untuk mencari bek muda yang punya kejelasan (kematangan) terhadap performanya. Meski masih muda, De Ligt sudah dapat disebut sebagai bek yang cukup berpengalaman untuk tampil di level tertinggi. Inilah yang sangat dibutuhkan oleh Barcelona. Apalagi dengan kualitas non-teknisnya (karakter) yang bagus, maka, Barcelona dapat memaksimalkan pemain ini untuk menjadi pemain jangka panjang.
Salah satu faktor yang dapat menunjang keperluan Barcelona terhadap De Ligt adalah karir bek seniornya yang mungkin tidak akan lama lagi untuk pensiun. Yaitu Gerard Pique. Memang jika melihat performanya di musim kemarin, pemain ini masih mampu tampil bagus. Kemampuannya dalam membaca permainan menyerang lawan masih dapat ditunjukkan dengan intersep-intersep yang cukup akurat.
Namun, Pique juga bukanlah pemain yang akan hanya diam di posisi itu. Karena, dengan kemampuannya dalam menggiring bola dan membantu penyerangan (sesekali), serta keinginannya untuk terus bermain dapat 'disulap' oleh pelatih Barcelona untuk menjadi gelandang bertahan jika memang Barcelona berhasil mendatangkan De Ligt.
Memang ini terlihat seperti di luar prediksi secara umum. Namun, ini bisa saja terjadi jika memang Barcelona sangat serius untuk mendatangkan De Ligt dan tak ingin mengorbankan Pique untuk segera pensiun. Dari sini, kita dapat membuka tabir prospek masa depan De Ligt di Barcelona. Apakah dapat segera menjadi pemain utama?
Jika melihat Barcelona dalam dua musim terakhir, hal ini bisa saja terjadi. Mengapa? Karena, kita melihat dua bek tengah di Barcelona diisi dengan pasangan duet yang berbeda di dua musim terakhir. Di musim 2017/18 Barcelona menduetkan Pique dengan Samuel Umtiti, sedangkan di musim 2018/19 Barcelona menduetkan Pique dengan pemain asal Prancis lainnya, Clement Lenglet.
Uniknya, kedua pemain ini sama-sama mampu meyakinkan sang pelatih di musim perdananya berbaju La Blaugrana (Biru-Merah). Penampilan mereka pun tidak buruk. Bahkan bisa disebut mampu melengkapi keberadaan Pique. Pique yang cenderung menjadi palang terakhir sebelum kiper, maka, Umtiti ataupun Lenglet akan menjadi pemain pertama yang akan mencoba menjadi destroyer untuk pemain lawan yang mampu merangsek ke garis terakhir pertahanan Barcelona.
Hal inilah yang membuat De Ligt mungkin akan dapat menjalankan peran yang sama -seperti yang dilakukan Umtiti ataupun Lenglet. Namun, hal ini baru akan dapat terjadi jika kedua pemain ini dikorbankan oleh pelatih Barcelona, Ernesto Valverde. Sesuatu yang bakal rumit, karena menggusur pemain yang sudah mampu tampil maksimal untuk tim (di musim sebelumnya), tentu bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi hal ini dilakukan hanya untuk meyakinkan si pemain muda agar bersedia mendarat ke tanah Catalan.
Terlebih lagi jika Barcelona tak mampu melepas Umtiti ke klub lain, maka, Barcelona akan memiliki bek-bek tengah yang banyak, dan semuanya merupakan pemain yang sangat bagus untuk dijadikan starter, alih-alih pemanis bangku cadangan. Dari sini, kita bisa melihat bahwa peluang bermain De Ligt cukup sulit di Barcelona. Karena, mereka masih memiliki Pique, Lenglet, Umtiti, bahkan Thomas Vermaelen.
Bagaimana, De Ligt?
Kini kita mencoba untuk beralih ke klub kedua, yaitu Paris Saint Germain (PSG). Klub besar asal Prancis ini disebut-sebut menjadi kompetitor bagi FCB untuk dapat merekrut bek muda yang sudah dipanggil timnas De Oranje (Belanda) itu.
Apakah karir De Ligt akan bagus di PSG?
Situasi PSG nyaris sama dengan situasi yang ada di Barcelona. Mereka masih memiliki dua bek tengah yang langganan masuk starting line-up. Yaitu, Thiago Silva dan Marquinhos. Namun, untuk Marquinhos, tidak bermain di bek tengah bukanlah masalah besar baginya. Karena, beberapa kali, dia juga dapat ditempatkan sebagai gelandang bertahan. Sehingga, kehadiran De Ligt tidak akan begitu berdampak pada karir Marquinhos.
Justru, sinyal bahaya akan menghampiri Thiago Silva. Karena dengan kehadiran De Ligt, bisa jadi akan menggusur tempatnya. Meski itu artinya akan membuat PSG kehilangan sosok kapten asal Brazil itu. Namun inilah yang harus terjadi dan harus ditanggung oleh PSG sebagai konsekuensi mendatangkan pemain muda yang sudah sangat siap untuk tampil di level tertinggi. Bahkan jika menilik rekam jejaknya di musim kemarin, pencapaian De Ligt lebih bagus dibandingkan PSG yang gagal melaju jauh di Liga Champions.
Satu hal yang mungkin dapat menjadi sinyal baik bagi De Ligt jika memutuskan bergabung ke Les Parisien adalah formasi ataupun strategi. PSG mungkin menjadi pilihan pertama untuk klub yang berani mencoba formasi 3 bek selain berpatokan pada formasi 4 bek. Maka, dengan formasi 3 bek, nama De Ligt dapat dipastikan akan menjadi perhitungan di starting line-up PSG.
Tapi, mungkinkah De Ligt akan bersedia bergabung dengan klub yang masih kesulitan menembus 4 besar di Liga Champions secara konsisten? Memang di Prancis, PSG dapat disebut tim kuat. Namun, bagaimana dengan di Liga Champions? Sudahkah mereka mampu menjadi salah satu tim kuat -favorit juara?
Beralih ke klub ketiga yang cukup unik. Karena sudah selama lebih dari lima musim secara beruntun mampu memenangi gelar di liga domestik, yaitu Juventus. Situasi yang nyaris 11-12 dengan Ajax yang juga bisa disebut sering menjadi juara di liga domestik. Memang ada PSV Eindhoven, namun nama Ajax tetap selalu difavoritkan untuk juara seperti Juventus yang selalu difavoritkan untuk juara di Serie A (Liga Italia).
Berita terbaiknya dari Juventus adalah salah satu bek kuatnya memilih untuk pensiun di akhir musim kemarin; Andrea Barzagli. Sehingga dapat dipastikan bahwa satu slot kosong untuk bek tengah Juventus. Namun, ini dengan catatan jika Juventus menggunakan formasi 3 bek.
Situasi yang tidak lagi sering terjadi di Juventus sejak Antonio Conte tak lagi melatih Juventus, begitu pula ketika Andrea Barzagli mulai tidak mampu rutin untuk bermain lagi. Maka, Juventus tak lagi memiliki trio BBC (Barzagli, Bonucci, Chiellini) di lini belakang. Namun, jika Juventus ingin menghidupkan kembali formasi 3 bek itu, maka peluang untuk mendatangkan De Ligt akan sangat bagus.
Masih padunya kerja sama Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini akan semakin bagus ketika dilengkapi dengan ketahanan stamina yang stabil dari De Ligt. Tapi, apakah tampil di Serie A adalah hal yang bagus bagi De Ligt? Apakah tantangannya keluar dari Belanda adalah untuk bergabung dengan tim yang nyaris selalu difavoritkan juara di kompetisi domestik?
Apalagi Juventus di musim depan sudah berganti pelatih. Kini, allenatore (pelatih) Juventus adalah Maurizio Sarri, bukan lagi Masimilliano Allegri. Sehingga, kemungkinan besar, Juventus akan bermain dengan formasi 4 bek dibandingkan 3 bek. Jadi, akankah De Ligt akan berkemas ke Turin dan menggusur satu di antara Bonucci ataupun Chiellini?
Kini kita sampai ke klub keempat, Manchester United.
Klub raksasa yang masih tidur pulas ini digadang-gadang akan menjadi klub yang tepat bagi De Ligt. Mengapa?
Karena, tim ini sudah dipastikan sangat membutuhkan sosok bek tengah yang tangguh. Sejak ditinggal oleh duet bek tengah legendaris mereka; Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic, MU seperti kesulitan untuk memiliki bek tengah yang mampu tampil konsisten menjaga garis pertahanan di setiap laga. Bahkan ketika MU bermain dengan duet Chris Smalling dan Phil Jones, MU selalu kesulitan menang.
Keduanya sebenarnya belumlah terlalu tua untuk ukuran bek tengah. Namun, performanya yang tidak pernah konsisten, membuat lini pertahanan MU selalu dihiasi oleh kegusaran. Inilah yang membuat potensi De Ligt untuk dapat langsung meraih satu tempat di musim perdananya dapat terbuka lebar.
Satu hal yang mungkin membuat kaki De Ligt tertahan adalah peluangnya untuk dapat merasakan prestasi bersama MU akan mengecil. Karena, dengan pengalaman si pelatihnya yang masih perlu kepercayaan (proses) besar, maka, De Ligt harus rela membuang dulu asanya untuk dapat berprestasi dalam jangka pendek. Namun dengan adanya empat kompetisi yang bakal dilakoni MU dalam satu musim, mungkin MU dapat meraih gelar juara di salah satu kompetisi tersebut -entah Piala Liga ataupun Piala FA.
Jika melihat sedikit gambaran tentang empat klub tersebut, kira-kira akan ke mana De Ligt? Memilih tim yang memiliki persaingan antar pemain dalam memperebutkan jatah 11 pemain utama, atau memilih tim yang sudah pasti membutuhkan tenaga, kontribusi, dan kualitas De Ligt?
Jika De Ligt adalah Anda (yang membaca artikel ini), Anda memilih yang mana?
Kalau penulis (sebagai De Ligt) secara pribadi akan memperhitungkan MU, meski pesta juara akan cukup jarang dirasakan di setiap akhir musimnya. Namun memiliki kesempatan berada di tim yang berlaga di kompetisi yang ketat seperti Premier League, akan sangat bagus untuk menjadi modal bermain di level internasional -kala membela timnas. Siapa tahu, justru dengan keberadaan si pemain di MU, kualitas tim akan terangkat dan perlahan nan pasti, klub akan meraih prestasi.
Tulungagung, 19-20 Juni 2019
Deddy Husein S.
Berita terkini seputar Matthijs De Ligt:
Cinta bertepuk sebelah tangan (bolasport.com),
Ruud Gullit Tak Setuju De Ligt ke MU (liputan6.com),
Liverpool juga diisukan tertarik dengan De Ligt (goal.com).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H