Jika ditarik lebih dalam lagi, penggunaan fesyen ala penyuka sepakbola juga memiliki faktor kebanggaan. Yaitu, dapat menunjukkan klub favoritnya kepada orang lain.Â
Hal ini dapat diibaratkan jika kita memiliki sesuatu, pasti akan lebih bagus jika orang lain tahu -sekadar tahu saja. Bukan soal apakah itu bagian dari upaya sombong, namun lebih pada upaya untuk mendapatkan pengenalan dan pengakuan.
Tentunya akan menarik bagi penyuka sepak bola jika dirinya dikenal menyukai klub sepakbola tertentu. Apalagi jika klub tersebut berprestasi. Maka, secara psikologis hal ini memberikan dampak bagus bagi orang tersebut berupa inspirasi dan kebanggaan.
Selain itu, menunjukkan apa klub favoritnya dengan fesyen, juga dapat sedikit mencitrakan tentang karakter orang tersebut. Misalnya, si A penyuka klub Real Madrid. Maka, si A akan dapat dinilai secara sederhana sebagai orang yang menyukai pelabelan tentang kehebatan maupun kekayaan. Orang itu (mungkin) juga akan sangat suka disanjung dan sangat ambisius.
Begitu pula jika si B menyukai Barcelona, maka, si B dapat dinilai sebagai orang yang menyukai proses, identitas, dan loyalitas. Tiga hal ini dapat dijadikan pedoman bagi si B untuk dapat berprestasi. Namun, orang yang seperti ini juga akan seperti si A tadi, yaitu memiliki ambisius untuk mencapai hal yang sangat tinggi.
Lalu bagaimana jika si C menyukai Liverpool?
Maka, si C akan menyukai proses dengan upaya bereksperimen. Kegagalan bukan suatu hal yang menakutkan bagi si C. Karena, dia akan berpikir bahwa sukses dan gagal itu hanya tentang waktu. Siapa saja akan dapat merasakannya, baik sebentar maupun lama.Â
Begitu pula dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Bisa sebentar, juga bisa sangat lama untuk menggapainya. Namun, kerja keras tetaplah menjadi kunci yang tidak boleh dilepas dalam kehidupannya.