Dewasa ini berpakaian tidak lagi hanya berpatok pada budaya di desa, kota, maupun negara kita. Namun berpakaian juga dapat diwujudkan dengan mencoba gaya berpakaian berdasarkan sesuatu yang disukai. Bagi yang menyukai musik, maka fashion-nya akan berkaitan dengan musik. Entah dengan kaos bertuliskan sebaris lirik lagu, nama band favorit, ataupun motif alat musik yang disukai.
Begitu pula jika menyukai bidang lainnya, salah satunya adalah olahraga. Biasanya beberapa cabang olahraga memiliki penggemarnya masing-masing dan kemudian dieksistensikan dengan aksesoris fesyen (fashion). Baik itu berupa kaos, jaket, celana, sepatu, ataupun lainnya.
Salah satu cabang olahraga yang sangat banyak digemari dan lebih familiar di masyarakat Indonesia adalah sepak bola. Maka dari itu, tidak mengherankan jika banyak orang-orang di sekitar kita mengenakan kaos, jaket, ataupun lainnya yang berkaitan dengan sepak bola. Biasanya representasinya adalah klub sepakbola yang digandrungi. Entah itu klub daerahnya sendiri, ataupun klub dari mancanegara.
Seperti penulis, yang memiliki beberapa kaos, celana, dan jaket yang menyimbolkan klub favorit pribadi. Memang bukan merupakan merchandise resmi dari klub tersebut, bahkan kalau di-rating ke jenis KW (julukan untuk produk tiruan), merchandise tersebut berada di kelas paling bawah. Namun, pembelian ini bukan soal originalitas, melainkan kepuasan dan kenyamanan.
Bisa disebut kepuasan, karena, ketika membelinya, penulis harus bisa menyisihkan sedikit uang untuk dapat membelinya. Selain itu, ada tujuan dalam membelinya, yaitu menambah jumlah pakaian untuk bersantai. Sehingga, ketika berada di sekitar kampung, tidak terlalu repot untuk memilih pakaian yang tepat. Toh, banyak tetangga yang juga berkeliling kampung dengan menggunakan kaos sepak bola, bukan?
Sedangkan untuk tingkat kenyamanan, penulis membeli pakaian yang beratribut sepak bola dan berharga murah adalah untuk digunakan sebagai pakaian keseharian. Selain itu, memilih pakaian yang sesuai dengan suhu tempat tinggal itu tidaklah mudah. Karena, berada di kota yang suhu udaranya stabil di angka lebih dari 29 derajat Celcius tentu akan lebih nyaman menggunakan kaos yang tipis.
Namun, tidak banyak kaos biasa yang tipis dan tidak mudah kusut seperti kaos model jersey. Sehingga, akan lebih cocok jika menggunakan kaos olahraga semacam itu dibandingkan kaos biasa. Apalagi jika kaos itu rusak (robek), maka dengan harga murah, kerusakan itu tidak akan disayangkan -tinggal buang dan beli baru (hehehe).
Jika ditarik lebih dalam lagi, penggunaan fesyen ala penyuka sepakbola juga memiliki faktor kebanggaan. Yaitu, dapat menunjukkan klub favoritnya kepada orang lain.Â
Hal ini dapat diibaratkan jika kita memiliki sesuatu, pasti akan lebih bagus jika orang lain tahu -sekadar tahu saja. Bukan soal apakah itu bagian dari upaya sombong, namun lebih pada upaya untuk mendapatkan pengenalan dan pengakuan.
Tentunya akan menarik bagi penyuka sepak bola jika dirinya dikenal menyukai klub sepakbola tertentu. Apalagi jika klub tersebut berprestasi. Maka, secara psikologis hal ini memberikan dampak bagus bagi orang tersebut berupa inspirasi dan kebanggaan.
Selain itu, menunjukkan apa klub favoritnya dengan fesyen, juga dapat sedikit mencitrakan tentang karakter orang tersebut. Misalnya, si A penyuka klub Real Madrid. Maka, si A akan dapat dinilai secara sederhana sebagai orang yang menyukai pelabelan tentang kehebatan maupun kekayaan. Orang itu (mungkin) juga akan sangat suka disanjung dan sangat ambisius.
Begitu pula jika si B menyukai Barcelona, maka, si B dapat dinilai sebagai orang yang menyukai proses, identitas, dan loyalitas. Tiga hal ini dapat dijadikan pedoman bagi si B untuk dapat berprestasi. Namun, orang yang seperti ini juga akan seperti si A tadi, yaitu memiliki ambisius untuk mencapai hal yang sangat tinggi.
Lalu bagaimana jika si C menyukai Liverpool?
Maka, si C akan menyukai proses dengan upaya bereksperimen. Kegagalan bukan suatu hal yang menakutkan bagi si C. Karena, dia akan berpikir bahwa sukses dan gagal itu hanya tentang waktu. Siapa saja akan dapat merasakannya, baik sebentar maupun lama.Â
Begitu pula dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Bisa sebentar, juga bisa sangat lama untuk menggapainya. Namun, kerja keras tetaplah menjadi kunci yang tidak boleh dilepas dalam kehidupannya.
Sedangkan bagi si D yang menyukai klub besar namun seret gelar seperti Arsenal, prestasi bukanlah suatu hal yang harus didapatkan dalam satu waktu (kesempatan). Namun, pengalaman akan menjadi nilai tersendiri ketika waktu itu berjalan. Jatuh-bangun adalah hal yang biasa. Namun, akan menjadi rumit, jika orang tersebut tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika jatuh dan bangun.
Karena, tidak semua orang yang jatuh dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk bangun. Begitu pula saat sudah bangun. Tidak semua orang akan tahu harus melakukan apa untuk dapat bertahan dan tidak jatuh lagi. Hal ini bisa terjadi pada si D yang kebetulan menyukai Arsenal.
Sedangkan bagi penulis, menyukai klub semisal Arsenal itu seperti menunjukkan bahwa orang itu mendukung bukan karena untuk merayakan gelar juara. Melainkan, untuk terus mendukung tim itu untuk (meraih) juara. Artinya, orang yang menyukai Arsenal tidak akan menantikan momen juaranya saja. Namun, juga melihat proses klub tersebut untuk mencapai suatu target.
Ketika klub tersebut gagal, maka, akan dapat dilihat dan dibandingkan dengan klub lain. Dari sanalah kemudian, orang itu dapat melihat secara kritis apa yang salah dengan klub yang didukung. Karena, ketika orang itu hanya melihat kesuksesan, maka orang itu dapat dipastikan akan lupa bagaimana rasanya menelan kesedihan. Euforia itu sangat sulit untuk dilupakan, dibandingkan kesedihan yang selalu ingin segera dilupakan.
Inilah yang membuat seorang pundit sepak bola seperti Justinus Lhaksana (klik namanya untuk menonton videonya) menyatakan bahwa timnas Indonesia akan lebih baik jika berujicoba dengan timnas sekaliber Yordania, bukan lagi timnas seperti Vanuatu ataupun negara-negara tetangga. Mengapa? Karena, yang dicari dalam bertanding itu bukan hanya sekadar kemenangan, namun juga pengalaman.Â
Pengalaman kalah itu penting. Karena ketika kita kalah, kita akan melihat sisi kekurangan kita ada di mana. Berbeda dengan situasi pasca menang. Kita akan sulit untuk jujur tentang apa yang kurang karena sudah berhasil menang.
Dari sini kemudian, kita bisa melihat bersama bahwa menyukai fesyen ala penyuka sepakbola itu ternyata ada sisi sederhana dan kompleksnya. Jika sisi sederhananya adalah kepuasan dan kenyamanan, sedangkan sisi kompleksnya adalah kebanggaan. Yaitu, merujuk pada nilai-nilai hidup yang dibawa dari kegemarannya terhadap sepakbola yang dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, maukah kalian mencoba berfesyen ala penyuka sepak bola?
Jika iya, kira-kira fesyen apa yang kalian kenakan untuk merepresentasikan sepak bola, dan klub apa yang kalian sukai?
Kalau tidak, mengapa?
Jangan bilang, jika kalian pendukung wasit (hehehe).
Tulungagung, 17-18 Juni 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H