Yaitu, pergantian pemain yang dilakukan Liverpool yang ternyata mampu menyesuaikan momentum yang ada di lapangan. Divock Origi diturunkan di babak kedua untuk menggantikan Roberto Firmino yang nyaris tak terlihat di laga ini---selain dengan sorotan kamera pada ekspresi murungnya. Sepertinya si pemain timnas Brazil ini masih belum terlalu bugar. Namun, dirinya berada di lingkaran strategi yang dimiliki Klopp untuk dapat menyembunyikan kartu As-nya; Divock Origi.
Penyerang asal Belgia ini juga yang memberikan sumbangsih besar bagi Liverpool dalam beberapa laga terakhir Liverpool, termasuk saat menjadi penentu kelolosan The Reds ke final.Â
Sehingga, ketika Origi masuk, maka Liverpool hanya menunggu waktu saja bagi mereka untuk dapat mencetak peluang emas dan memberikan kepercayaan pada Origi untuk mengeksekusi peluang tersebut.
Hasilnya, gol kedua Liverpool hadir di laga ini. Gol yang dicetak Origi itu juga sekaligus menamatkan asa Spurs untuk memperpanjang perlawanan mereka. Karena gol itu terjadi di menit 87, maka, hanya menunggu beberapa menit saja bagi Liverpool untuk mengangkat trofi. Tambahan 5 menit juga tidak mampu dimanfaatkan oleh Spurs dengan baik. Liverpool pun akhirnya berpesta.
Bersama gelar ini, maka, para pemain Liverpool akan menjalani liburan musim panas dengan kelegaan yang luar biasa. Karena, mereka dapat mengembalikan trofi Si Kuping Besar ke Inggris setelah Chelsea melakukannya beberapa waktu sebelumnya.Â
Kini, publik hanya dapat menantikan seberapa lama Liverpool akan merayakan euforia tersebut. Karena, mereka akan kembali ditantang di musim depan untuk menuntaskan misi mereka yang terus tertunda. Yaitu, menjadi juara Premier League di era baru. Mampukah Klopp mewujudkannya?
Tulungagung, 2 Juni 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H