Melihat laga ini---dan juga hasilnya, maka Arema (tentu) harus lebih berani bereksperimen. Yaitu, menggabungkan gaya main ketika tanpa Comvalius dengan ketika ada Comvalius. Dimainkannya Dedik Setiawan berbarengan dengan Comvalius sebenarnya bagus untuk membuat Arema memiliki dua pemain utama yang dijadikan tujuan dari aliran bola. Namun, jika Dedik dijadikan sebagai penyerang sayap, alih-alih duet striker, maka yang terjadi adalah seperti di laga semalam.
Dedik tentunya bukan Ricky Kayame, bukan pula Rivaldi Bouwo, ataupun pemain depan lainnya. Dedik murni bertipikal sebagai penyerang tengah meski dirinya memiliki kemampuan menguasai bola dengan dribbling dan kecepatan yang baik. Namun bukan berarti hal ini mengalihkan peran Dedik dari penyerang tengah menjadi penyerang sayap. Inilah yang harus diperhatikan oleh Arema FC.
Jika melihat kemiripan skuad Arema dengan Borneo FC di lini depan, mungkin pendekatan seperti yang dilakukan oleh Mario Gomez dengan Borneo FC-nya dapat menjadi contoh yang baik untuk Milo dengan berkah dua penyerangnya dan melimpahnya stok pemain sayap. Yaitu memainkan duet striker dengan dukungan dua pemain sayap, alih-alih bermain tridente.
Jadi, bagaimana Arema FC? Sudah siapkah untuk berevaluasi?
Semangat untuk bangkit Singo Edan! Dan selamat buat Borneo FC!
Malang, 23 Mei 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H