Sesuatu yang juga dilakukan oleh Roberto Mancini untuk mengantarkan The Citizens kembali juara setelah berpuluh-puluh tahun tak lagi juara Liga Inggris. Di situ, Mancini melihat komposisi skuad yang mumpuni. Maka, bukan peluang kecil bagi pelatih Italia itu untuk bermain possesion football dan sukses meraih juara.
Melihat situasi yang demikian, maka Sarri ingin segera melakukan perubahan taktik. Jika sebelumnya, Sarri merasa kesulitan menggulingkan Juventus bersama Napoli-nya. Maka, kini Sarri ingin berpartisipasi di zona juara dengan cara bermain lebih percaya diri sedari awal sampai akhir di setiap pertandingan. Yaitu dengan possesion football ala Sarri.
Sebenarnya taktik possesion football maupun taktik pragmatis, semuanya ada di setiap pelatih. Namun, masing-masing pelatih selalu punya ciri tersendiri dan itulah yang kemudian membuat masing-masing pelatih juga punya gaya bermainnya sendiri. Begitu pula pada Sarri.Â
Jika melihat secara sekilas, permainan Chelsea di musim ini mirip dengan Arsenal saat masih bersama Arsene Wenger. Mereka suka sekali dengan 'memutar-mutarkan' bola ke segala penjuru untuk dapat membongkar pertahanan lawan.
Taktik yang memiliki plus-minus.
Kelebihannya adalah tim lawan dapat terkuras konsentrasi bertahannya.
Kekurangannya adalah permainan akan terlihat membosankan. Karena, tidak ada keberanian mengambil resiko untuk segera mengarahkan bola ke jantung pertahanan lawan. Sehingga, banyak susunan peluang yang dapat disebut terbuang sia-sia.
Hal inilah yang kemudian menjadi sorotan publik, yaitu kebosanan dalam melihat permainan Chelsea yang tidak progresif. Padahal secara taktikal, ini adalah suatu kelebihan yang bisa dimanfaatkan oleh Chelsea untuk membangun kepercayaan diri.
Sebenarnya yang menjadi sorotan dari permainan Chelsea bukanlah taktik dari Sarri, melainkan keberadaan Eden Hazard.
Memang, secara statistik (gol dan assist) yang diciptakan oleh Hazard sangat membantu Chelsea, khususnya di Liga Inggris. Namun, dengan keberadaan Hazard, permainan Chelsea tidak begitu eksplosif dalam membombardir pertahanan lawan.Â
Karena, Hazard tipikal pemain yang suka membawa bola sendiri dan itu bisa menjadi bumerang negatif ketika pemain lain punya ruang yang lebih baik dan Hazard tidak melihatnya.
Selain itu, dominasi permainan individu Hazard membuat dirinya juga mengalami penurunan kualitas. Yaitu, dalam hal memberikan operan kunci ataupun usaha membuka peluang untuk rekannya.Â
Kita ambil contoh di laga melawan MU semalam (28/4). Jika diperhatikan secara jeli, pergerakan Higuain dan pemain lain sudah cukup bagus, namun, Hazard seringkali melewatkan momen tersebut dengan menggocek bola lagi dan momentum itu hilang. Sehingga ketika Hazard sudah merasa tertutup ruang akselerasinya, maka operannya akan terlihat serampangan dan paling realistis adalah mengoper bola ke belakang.
Momen itu juga sebenarnya terjadi ketika Rudiger berhasil mendapatkan bola di area tengah permainan MU dan mendapatkan ruang untuk menembak langsung. Apa yang terjadi? Peluang mencetak gol terbuka dan Marcos Alonso sukses memanfaatkan peluang---bola muntah---itu menjadi gol.Â