Namun, apa yang terjadi selama tiga musim terakhir, tidak bisa dipungkiri bahwa Marc Marquez adalah pembalap tangguh yang sulit untuk dikalahkan. Salah satu faktornya adalah kematangan. Marc semakin dewasa, sehingga tak hanya mengandalkan gaya balapnya yang agresif, namun juga kemampuannya dalam memperhitungkan situasi di balapan.Â
Apalagi jika balapan itu tergelar di sirkuit-sirkuit yang memiliki riwayat positif bagi Marc. Maka, akan sulit bagi pembalap lain untuk dapat mengalahkannya.
Uniknya, salah satu sirkuit yang melekat pada kemampuan Marc Marquez adalah COTA. Seperti yang sudah disebutkan bahwa jumlah kemenangan Marc Marquez di COTA sama dengan perjalanan karirnya di MotoGP. Maka, tidak mengherankan jika Marc seperti nyaris 'untouchable' di sirkuit ini.
Namun, seperti yang juga sempat disebutkan sebelumnya, bahwa situasi di balapan bisa cukup berbeda dengan situasi selama latihan bebas, kualifikasi, dan bahkan pemanasan.Â
Ada yang sangat 'oke' di kualifikasi, namun jeblok di balapan. Ada pula yang buruk di kualifikasi namun sangat bagus di balapan. Seperti itulah balapan, dan itu yang uniknya juga cukup berlaku di Marc Marquez.
Ya, jatuhnya Marc Marquez di seri ketiga (15/4) ini, memperlihatkan suatu hal yang menarik. Yaitu, adanya cukup pembenaran dari pertanyaan publik terhadap kekuatan Marc Marquez. Benarkah, hanya Marc Marquez yang dapat mengalahkan Marc Marquez?
Malang, 15 April 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H