Seri ketiga MotoGP 2019 sudah selesai, dan kita tahu bagaimana hasilnya.
Seri yang berlangsung di Sirkuit Austin atau yang dikenal juga dengan sebutan COTA, Amerika Serikat ini dimenangkan oleh pembalap Spanyol lagi. Tapi, bukan Marc Marquez. Betul, pemenangnya adalah Alex Rins. Pembalap asal Spanyol itu sukses mengantarkan Suzuki menjadi raja di COTA.
Rookie musim lalu ini juga berhasil mengalahkan sang legenda hidup Valentino Rossi yang harus puas berada di posisi kedua. Hasil yang sama di seri kedua Argentina beberapa waktu lalu bagi The Doctor.
Suatu hal yang menjadi menarik. Karena, tak hanya menyabet podium tertinggi pertama kali di kelas MotoGP, namun Alex Rins juga memenangi seri di 'kandangnya' Marc Marquez. Ya, COTA adalah salah satu sirkuit yang sangat fantastis untuk karir Marc Marquez.
Sejak pertama kali digelar seri di sirkuit ini (2013) sampai musim lalu, Marc Marquez selalu berhasil finish sebagai sang juara. Artinya, 6 kali digelar, 6 kali pula Marc keluar sebagai sang pemenang.
Hal inilah yang menjadikan Marc dijagokan kembali untuk dapat memenangi seri ini dan berpotensi menjauh sementara dari kejaran Andrea Dovizioso yang start di posisi yang kurang menguntungkan (posisi ke 13). Namun, balapan tetaplah menjadi suatu hal yang sulit diprediksi.
Karena, performa pembalap bisa berubah ketika pembalap sudah dapat mencari formula tepat saat free practice keempat dan sesi warm up. Di sanalah, pembalap akan menemukan titik-titik vital yang dapat diperbaiki atau setidaknya menjadi acuan untuk memilih komposisi, salah satunya adalah pilihan ban.
Di seri ini, kembali lagi dikemukakan bahwa Marc Marquez akan menjadi pemenangnya, dan itu semakin terlihat ketika si pemilik nomor 93 ini mampu melesat terdepan sejak start dan melahap beberapa lap. Bahkan di dua-tiga lap awal, Marc sudah membuat jarak dari kejaran Valentino Rossi yang juga sedang berada di performa yang tepat.
Si pemilik nomor keramat 46 ini start dari posisi kedua dan mampu menjaga posisinya dari gangguan pembalap lain (Carl Crutchlow).
Momen balapan semakin terlihat biasa saja dan kamera pun lebih akrab menyorot duel Rossi dengan Crutchlow, karena Marc terlihat sudah terlampau dominan.
Bahkan, pelan-pelan kamera juga mulai menyorot pembalap-pembalap di belakang maupun yang terkena penalti 'ride through' dan 'jump start' seperti Maverick Vinales (Yamaha Factory) dan Joan Mir (Suzuki). Marc masih di depan.
Sampai pada suatu momen, ada gemuruh atau lebih tepatnya adalah teriakan histeris dan kemudian kamera berhasil menyorot situasi yang terjadi. Seorang pembalap Repsol Honda terjatuh, dan itu adalah MARC MARQUEZ!
Semua terkejut dan nyaris tak percaya dengan kejadian itu.
Namun, itulah yang memang terjadi dan ini sebenarnya bisa mulai 'tercium' ketika Carl Crutchlow jatuh dan uniknya
Marc terjatuh dengan kejadian yang nyaris serupa. "There something wrong with Honda?"
Satu hal yang menjadi sorotan adalah situasi pembalap Honda saat terjatuh adalah saat berada di momen menurunkan kecepatan untuk dapat masuk ke tikungan lambat.
Sedikit perbedaannya adalah pembalap asal Inggris (Carl) terjatuh pada momen yang sedang membutuhkan akselerasi, sedangkan Marc terjatuh di saat motor perlu menurunkan kecepatan yang ekstrim dan ini membuat Marc terlihat seperti melakukan kesalahan.
Marc Marquez berusaha cepat bangkit, namun motornya sangat sulit untuk dihidupkan dan bahkan akhirnya si 93 terguling kembali. Mau tidak mau, dia harus rela mengubur mimpinya untuk menjadi penguasa COTA sejati.
Hal ini memberikan pemandangan yang menarik. Karena, COTA yang awalnya menjadi taman mimpi indah Honda khususnya Repsol Honda dan Marc Marquez, kini justru menjadi mimpi buruk.
Nahasnya, nasib sial Marc diikuti oleh rekan setimnya Jorge Lorenzo yang terlihat terkendala dengan kinerja motornya. Sehingga si pembalap berjuluk Por Fuerra itu memilih untuk menepi dan gagal melanjutkan balapan.
Mimpi buruk.
Itulah yang terjadi di COTA bagi Honda dan Marc Marquez. Karena, dengan performa motor dan gaya balapnya, Marc seharusnya bisa kembali mendominasi torehan positif di COTA. Namun, seperti yang pernah terdengar di beberapa musim lalu, yaitu ketika Marc terlihat dominan dan semakin sulit dikalahkan.
Pada saat itu, ada yang mengatakan bahwa Marc Marquez adalah lawan sebenarnya bagi Marc Marquez. Artinya, hanya performa dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi hasil balap bagi pembalap yang dikenal dengan julukan The Baby Alien ini. Namun, benarkah demikian?
Jika melihat torehan gelar juara dunia sejak dirinya naik kelas dari Moto2 (2013), tidak bisa dipungkiri bahwa Marc Marquez memang sangat kuat. Dari rentang waktu 6 musim tersebut (musim ini adalah musim ketujuhnya di MotoGP), Marc Marquez hanya dijegal sekali pada musim 2015.
Yaitu musim yang untuk pertama kalinya Marc berhasil digusur oleh duet angker milik Yamaha, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Nama terakhir menjadi juara dan menjadi satu-satunya orang yang mampu menahan dominasi gelar Marc agar tidak secara beruntun merangkai gelar secara sempurna.
Namun, apa yang terjadi selama tiga musim terakhir, tidak bisa dipungkiri bahwa Marc Marquez adalah pembalap tangguh yang sulit untuk dikalahkan. Salah satu faktornya adalah kematangan. Marc semakin dewasa, sehingga tak hanya mengandalkan gaya balapnya yang agresif, namun juga kemampuannya dalam memperhitungkan situasi di balapan.
Apalagi jika balapan itu tergelar di sirkuit-sirkuit yang memiliki riwayat positif bagi Marc. Maka, akan sulit bagi pembalap lain untuk dapat mengalahkannya.
Uniknya, salah satu sirkuit yang melekat pada kemampuan Marc Marquez adalah COTA. Seperti yang sudah disebutkan bahwa jumlah kemenangan Marc Marquez di COTA sama dengan perjalanan karirnya di MotoGP. Maka, tidak mengherankan jika Marc seperti nyaris 'untouchable' di sirkuit ini.
Namun, seperti yang juga sempat disebutkan sebelumnya, bahwa situasi di balapan bisa cukup berbeda dengan situasi selama latihan bebas, kualifikasi, dan bahkan pemanasan.
Ada yang sangat 'oke' di kualifikasi, namun jeblok di balapan. Ada pula yang buruk di kualifikasi namun sangat bagus di balapan. Seperti itulah balapan, dan itu yang uniknya juga cukup berlaku di Marc Marquez.
Ya, jatuhnya Marc Marquez di seri ketiga (15/4) ini, memperlihatkan suatu hal yang menarik. Yaitu, adanya cukup pembenaran dari pertanyaan publik terhadap kekuatan Marc Marquez. Benarkah, hanya Marc Marquez yang dapat mengalahkan Marc Marquez?
Malang, 15 April 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H