Di lini belakang, Persita juga harus memiliki tandem yang sepadan dengan Mohammad Robby. Hal ini penting, karena jika si pemain ini absen, maka, Persita akan kehilangan tembok kokoh yang tentunya sangat dibutuhkan untuk berduel dengan pemain depan lawan yang biasanya merupakan pemain asing. Jika bek muda Indra Mustafa tidak memiliki kesempatan bermain banyak di Persib, maka, Persita harus mencoba untuk merayu si pemain untuk menyeberang dari Biru ke Ungu.
Langkah ini memang berat, mengingat Persita adalah klub promosi yang tidak seperti Kalteng Putra yang secara finansial lebih baik. Namun, jika memang budget mereka hanya mampu untuk merekrut pemain lokal. Mereka tetap harus menaikkan standarnya sesuai dengan kompetisi yang mereka ikuti. Liga 1 bukanlah Liga 2. Liga 1 adalah standar utama di Indonesia yang harus tinggi. Karena di situlah titik terakhir pengukuran kualitas sepakbola Indonesia untuk dapat bersaing di level Asia (minimal di Piala AFC).
Sehingga, Persita harus mulai bergerak cepat, cermat, dan serius dalam melakukan perekrutan pemain. Agar mereka tidak menjadi bulan-bulanan lawan seperti di Piala Presiden. Apalagi Liga 1 adalah kompetisi panjang, maka, akan sangat sulit bagi sebuah tim untuk tetap berada di level maksimal, jika tidak memiliki skuad utama yang bagus. Klub yang memiliki tim utama bagus saja juga akan cepat 'aus' ketika mereka tidak memiliki kedalaman skuad yang setara dengan tim utamanya. Jadi, hasil di Piala Presiden ini sangat penting bagi Persita untuk segera berbenah, sebelum terlambat dan mengorbankan pelatihnya untuk dipecat.
Karena, tim yang tidak kompetitif, belum tentu disebabkan oleh kualitas pelatihnya. Namun, bisa disebabkan pula oleh kualitas pemainnya. Kita bisa melihat PSMS yang musim lalu memecat pelatih sekelas Djajang Nurjaman, dan apa hasilnya? Nihil.
Memecat pelatih seolah kini menjadi tren dan solusi akhir bagi tim yang sedang terseok-seok di liga. Padahal, belum tentu faktor utamanya adalah pelatih. Namun, pelatih memang akan menjadi sorotan pertama ketika tim bermain buruk. Begitu pula seharusnya ketika tim tersebut bermain baik. Pelatih tetaplah menjadi sorotan pertama. Namun, di sepakbola, hasil bagus akan lebih cepat mengudarakan pemainnya, bukan pelatihnya. Sedangkan, ketika hasilnya buruk, pelatihnya menjadi perbincangan hangat. Termasuk di Indonesia.
Jadi, selamat bekerja, manajemen PERSITA.
Semoga menjadi klub yang kompetitif di Liga 1 2019! (
Malang, 14 Maret 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H