Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menakar Masa Depan Marinus Wanewar di Tengah Kepungan Striker Naturalisasi

26 Februari 2019   19:45 Diperbarui: 27 Februari 2019   08:58 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, faktor perbedaan fisik antara pemain depan Indonesia dengan pemain depan asing juga membuat pemain depan Indonesia mulai tersingkirkan.

Memang tidak bisa dihindarkan oleh fakta di lapangan bahwa, pemain depan dari Indonesia cenderung lebih pendek dan kurus, dibandingkan pemain depan asing yang tinggi dan berotot---walau ada pula pemain asing yang posturnya biasa saja. Inilah yang kemudian menghasilkan perbedaan terhadap gaya main dan kualitas. Dua hal ini yang kemudian menentukan kebutuhan pemain bagi timnas (yang harus berkompetisi dengan pemain dari luar negeri).

Di era sepak bola modern yang memang sudah lebih mengutamakan pemain depan yang gesit dan cepat, pemain bertubuh tinggi-besar seperti Herman Dzumafo, akan tersingkirkan oleh pemain cepat seperti Irfan Jaya, Febri Haryadi, Osvaldo Haay, ataupun Riko Simanjuntak. Namun, yang menjadi permasalahan adalah kebutuhan terhadap pemain depan yang mampu mencetak gol. Inilah yang menjadi masalah bagi timnas.

Selambat-lambatnya Gonzales ataupun Bambang Pamungkas, jika keduanya memiliki peluang yang tepat, maka gol dipastikan dapat lahir dari kaki ataupun kepala pemain-pemain ini. Ini yang tidak terjadi ketika Indonesia sudah memiliki pemain depan seperti Lerby Eliandri. 

Bahkan sebelumnya, kita sempat berharap pada masa depan Jajang Mulyana yang secara fisik bertubuh tinggi besar. Sehingga, ada kesempatan bagi Indonesia untuk tidak lagi berkecil hati (atau beralasan kalah duel) ketika ada bola lambung di kotak penalti. Karena, ada pemain bertubuh lebih dari 180 cm di depan gawang lawan. Namun, problemnya tetap sama. Produktivitas gol yang rendah.

Memang, setiap pemain memiliki pasang-surut. Termasuk pemain depan yang dapat mengalami fase penurunan performa dan kemudian mempengaruhi produktivitas golnya. Namun, jika si pemain memang memiliki naluri besar dalam mencetak gol, maka, si pemain pasti cepat/lambat akan kembali menunjukkan ketajamannya. 

Walau memang, kemungkinan untuk menyamai torehan golnya di masa-masa sebelumnya akan sulit. Tapi setidaknya aura 'membunuh' di depan gawang lawan dapat terlihat dan dapat mengintimidasi pertahanan lawan. Inilah yang dibutuhkan bagi pemain depan, dan inilah yang sulit ditemukan di pemain depan Indonesia.

Acapkali ketika timnas menurunkan pemain "murni" di depan, aura ketakutan pemain bertahan lawan mulai berkurang. Bahkan, tingkat kewaspadaan pun berkurang. Karena, tipe pemain depan Indonesia tersebut pun juga bukan pemain yang model menunggu, membuka ruang, ataupun tipikal petarung. 

Biasanya, pemain depan Indonesia itu "ngambang". Disebut petarung bukan, disebut pencari ruang juga bukan, apalagi disebut "pembunuh".

Soal fisik, bukan hanya Jajang Mulyana yang diidamkan dapat menjadi striker masa depan Indonesia. Namun, ada juga pemain depan lainnya yang diharapkan dapat menjadi prospek masa depan timnas, seperti Indra Kahfi ataupun Yongki Aribowo. Namun, ketiga pemain tersebut gagal memenuhi ekspektasi. 

Jajang dan Indra justru kini bertransformasi sebagai bek tengah dan memang kini menjadi pemain andalan tim. Namun, jika pemain depan berganti posisi menjadi bek, artinya si pemain memang sudah tidak memiliki kemampuan mencetak gol lagi. Terlepas dari alasan kebutuhan tim dan juga kebutuhan individu agar tetap dapat bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun