Derby Madrid Sebagai Bukti Kebangkitan Real Madrid
---
Nasib nahas Madrid di awal musim 2018/19 pasca ditinggal pergi oleh Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane dapat dilihat dari hasil pertandingan mereka yang kurang meyakinkan. Dilatih Julen Lopetegui dan disokong oleh dua pemain depan yang sedang mencari pembuktian---Karim Benzema dan Gareth Bale, penampilan Madrid cenderung biasa-biasa saja, atau malah dapat disebut labil.
Kepergian CR7---julukan Cristiano Ronaldo---membuat tumpuan lini depan El Real sangat bergantung pada Benzema dan Bale. Hal ini, juga membuat performa keduanya bisa dilihat mulai menemukan tajinya di awal-awal musim. Mereka berdua mulai dapat memperlihatkan kemampuan dalam mencetak gol. Namun, ketika kedua pemain ini kembali mengalami kebuntuan, maka, Madrid akan kesulitan dalam mencetak gol dan meraih kemenangan.
Selain itu, strategi dan formasi Lopetegui juga cenderung bongkar pasang, membuat beberapa pemain terlihat tak mampu bermain dengan maksimal. Namun, di sisi lain, keberadaan Lopetegui dapat dimanfaatkan oleh Isco untuk lebih banyak mendapatkan kesempatan bermain. Dibandingkan masa kepelatihan Zidane, Isco lebih terlihat di saat Lopetegui berada di kursi entrenador (sebutan pelatih di Spanyol) Madrid.
Namun, sepakbola adalah olahraga tim. Artinya, kemenangan baru dapat diraih tim tersebut dengan keberhasilan tim membangun kekompakan, bukan sekadar bergantung pada satu-dua pemain saja. Hal inilah yang membuat Madrid kesulitan, ketika mereka kehilangan performa dari beberapa pemain. Ditambah dengan fakta bahwa mereka sudah tidak lagi memiliki pemain yang memiliki hasrat mencetak gol yang setinggi CR7.
Di beberapa musim sebelumnya Madrid tidak bisa memungkiri ketergantungannya pada CR7. Namun, jika dilihat dalam permainan yang sebenarnya adalah semua pemain bermain sebagai tim untuk mendukung CR7, termasuk Benzema dan Bale. Ini menjadi bukti bahwa Madrid masih bermain sebagai tim yang baik. Walau, memang harus menonjolkan seorang pemain, dan itu adalah Cristiano Ronaldo. Perbedaannya di musim ini, ketika Benzema dan Bale sedang tidak stabil, maka semua pemain terlihat berupaya 'mengambil panggung'. Mereka tidak menunjukkan permainan kompak. Bahkan Modric dengan label Ballon d'Or-nya kadang kala terlihat sangat bernafsu untuk mencetak gol.
Jika dilihat dalam kaca mata yang positif, apa yang dilakukan para pemain ini cukup bagus. Karena, mereka memiliki hasrat untuk memberikan kemenangan kepada tim. Namun, dengan cara yang 'tidak sabaran' seperti itu, membuat tim seperti tidak ada yang dapat diandalkan---pola permainan tidak jelas. Karena, semua pemain ingin mengambil keputusan. Di sinilah, faktor menurunnya performa Madrid di musim ini yang kemudian mengharuskan adanya pemecatan pelatih.
Julen Lopetegui diganti oleh Santiago Solari---mantan pemain duo Madrid. Keberadaan Solari di masa awal, sempat membuat Madrid mengalami perbaikan. Mereka mencatatkan beberapa hasil yang bagus, dan kemudian secara bertahap mampu merangkak naik kembali ke jajaran tim papan atas. Walau dalam prosesnya, mereka tidak dapat 100% meraih hasil dengan mudah.
Jika dibandingkan dengan performa tim saat dilatih Zidane---saat masa awal Zidane melatih Madrid. Torehan Solari saat ini belum bisa membuat Madrid dapat dilihat sebagai tim besar yang dapat menggaransi mereka untuk menjadi salah satu tim yang dapat memperebutkan gelar juara---di La Liga dan Liga Champions. Artinya, ada yang kurang di Madrid, jika dilihat dari beberapa musim ke belakang. Yaitu, faktor keberadaan pemain yang berani menggaransi dirinya sebagai pemain yang dapat diandalkan tim.
Meski begitu, Madrid sudah patut berbahagia, karena, bersama Solari, Sergio Ramos dkk mulai dapat berbicara banyak soal peluang juara di La Liga. Sesuatu yang nyaris hilang, ketika, Madrid masih dilatih oleh Lopetegui. Hal ini semakin dapat dilihat (ada buktinya) saat Madrid berhasil dua kali beruntun mencatatkan hasil bagus, dan bagusnya lagi, mereka mencatatkan hasil tersebut di dua laga besar.
El Classico (Copa Del Rey) dan Derby Madrid (La Liga) adalah dua laga beruntun baru-baru ini yang dapat dihasilkan dengan hasil imbang dan 3 poin. Suatu alasan utama yang membuat mereka kini kembali ke jajaran papan atas dan mulai dapat membuka peluang meraih gelar liga. Hasil seri saat bertemu Barcelona dan kemenangan di markas Atletico Madrid tersebut, membuat mereka kian percaya diri dan kini duduk di posisi kedua klasemen sementara La Liga (pasca menang 1-3 di pekan 23 liga saat menghadapi Atletico Madrid).
Ketika Madrid sudah mulai menunjukkan identitasnya sebagai tim besar, yang menjadi masalah adalah tim-tim lainnya mulai mengalami penurunan. Sevilla dan tim-tim lainnya tidak secara konsisten menghasilkan poin untuk membuat La Liga menjadi ketat. Sedangkan, di kubu Barcelona, mereka masih cukup keteteran ketika tidak bermain dengan Messi. Uniknya, Madrid sudah tidak memiliki CR7 dan mereka sudah dapat kembali merajut asa bersaing meraih gelar juara La Liga.
Artinya, Madrid mulai menyadari bahwa tim bekerja untuk bermain secara tim, meski tanpa ada pemain yang dominan di sana. Madrid saat ini terlihat mulai tahu bagaimana caranya membuat tim yang 'sama rasa' ini untuk dapat bermain baik, dan saling mendukung satu sama lain. Solari sepertinya tahu bagaimana caranya memanfaatkan Benzema di depan dengan tanpa mengharuskan si pemain mencetak gol. Bersama kualitasnya dan pengalamannya di Madrid yang cukup lama, dia dapat memberikan kesempatan bagi pemain lain yang lebih memiliki hasrat besar dalam menyerang, seperti Vinicius Jr dan Lucas Vasquez.
Dua pemain muda ini, memang mulai mendapatkan kesempatan bermain yang lebih banyak dan mereka memiliki kesamaan sebagai pemain muda. Yaitu, kerja keras. Inilah yang membuat Madrid mulai dapat kembali merepotkan lawan-lawannya. Mereka (lawan Madrid) terlihat kesulitan menghadapi permainan Madrid yang kembali atraktif dan tidak lagi pusing dengan penguasaan bola yang banyak. Mereka memainkan bola dengan cepat dan tidak canggung untuk mengambil keputusan (mencetak gol).
Hasil Derby Madrid tadi malam (9/2) di Wanda Metropolitano, menjadi pembuktian Madrid kepada publik, bahwa mereka sudah kembali siap untuk tampil serius dan inilah yang akan dinantikan ketika Real Madrid kembali menjalani kompetisi Liga Champions di tengah pekan nanti---yang saat ini sedang berada di fase 16 besar.
Berada di klasemen dua besar liga domestik dan masih berkompetisi di Liga Champions, maka, tidak menutup kemungkinan bahwa Madrid akan dapat meraih gelar di musim ini. Namun, itu masih 50-50. Karena, secara pengalaman taktikal dan pembangunan ulang mentalitas juara di Madrid perlu adanya proses. Apalagi, dengan kehilangan dua orang yang musim lalu masih dapat 'menyelamatkan' muka Madrid dari statusnya sebagai tim besar di Eropa bahkan dunia dengan titel juara Liga Champions.
Walau, secara jenjang karir kepelatihan, Solari mengalami nasib yang cukup serupa dengan Zidane di Madrid sebagai pelatih muda dan dipercaya melatih tim besar. Namun, tidak semua pelatih di tim besar dapat memberikan sumbangsih taktik dan filosofi yang kuat dan dapat menginterpretasikan tim besar yang salah satunya adalah Real Madrid. Hal inilah, yang patut diperhatikan, termasuk yang harus disiapkan oleh Solari.
Jika menilik dari proses singkatnya Solari, untuk segera menata ulang Madrid yang sempat kacau di awal musim. Tidak menutup kemungkinan jika di musim depan, Madrid akan lebih baik. Karena, proses pemahaman dan penerapan taktik yang diusung Solari tentunya sudah lebih matang untuk dijalankan oleh para pemainnya. Ditambah, dengan adanya pemain-pemain muda yang berani unjuk gigi, maka, Madrid bisa menjadikan diri mereka sebagai tim besar yang tidak canggung untuk memainkan pemain muda yang potensial dan penuh semangat di setiap laganya.
Lalu, bagaimanakah perjalanan akhir Madrid di musim ini?
Mampukah mereka menjaga momentum kebangkitan mereka untuk terus bertarung (dengan Barcelona di semua kompetisi, ataupun Juventus, Bayern Munchen, dan Man. City di Liga Champions) hingga akhir dan (mungkin) meraih minimal satu gelar kompetisi?
Kira-kira, gelar apakah itu?
Malang, 10 Februari 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H