Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengukir Sejarah Baru di Asia bersama Qatar

2 Februari 2019   11:55 Diperbarui: 2 Februari 2019   13:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Usaha keras dari berbagai cara, mungkin akan menghasilkan sesuatu di suatu saat nanti."

Rentetan kemenangan dan pertahanan bagus sejak babak penyisihan di grup. Rupanya telah menjadi modal penting dan kuat bagi Qatar untuk dapat tampil bagus di partai puncak. 

Lawan yang dihadapi di final pun bukan timnas sembarangan, melainkan Jepang. Jepang adalah kolektor gelar juara Piala Asia 4 kali, sedangkan Qatar baru pertama kali menginjakkan kakinya di final Piala Asia.

Selayaknya seperti kisah Leicester City yang juara di Liga Inggris beberapa waktu lalu. Kini, kita dapat melihat jawara baru sebuah kompetisi terelit di Asia, ada di Qatar. 

Benar, Qatar berhasil menjadi juara Piala Asia 2019 di Uni Emirat Arab dengan skor meyakinkan; 1-3 (Takumi Minamino -- Almoez Ali, Abdulaziz Hatem, Akram Afif).

Di laga puncak ini, keberhasilan Qatar ditentukan oleh tiga faktor.

Pertama, strategi menyerang dan mencari gol cepat dilakukan dengan baik dan berhasil di babak pertama. Terbukti, mereka unggul sejak menit ke-12, melalui Almoez Ali. 

Berselang 15 menit kemudian, mereka berhasil menggandakan keunggulan dengan gol yang dilesakkan oleh Abdulaziz Hatem. Unggul 2-0 di babak pertama inilah yang menjadi kunci keberhasilan dari strategi Qatar yang turun dengan formasi yang sebenarnya cenderung defensif---dengan formasi 5-3-2.

Faktor kedua, Qatar sangat siap dengan formasi dan strategi yang yang harus dapat bertahan dengan sangat baik. Karena, lawannya adalah Jepang. Tim di turnamen ini yang memiliki rasio mencetak yang tinggi. 

Mereka sangat faham betul jika Jepang memiliki kualitas di segala lini. Termasuk dalam menyusun serangan. Inilah yang kemudian membuat Felix Sanchez---pelatih Qatar---menurukan lima bek untuk dapat memperkuat pertahanan. 

Formasi 5-3-2 ini tidak bisa dianggap sebagai bentuk dasar permainan yang total bertahan. Melainkan, mengupayakan keseimbangan dalam menghadapi tim sebesar Jepang.

Kunci Qatar adalah bermain seimbang; bertahan kompak dan menyerang seara cepat-teroganisir-akurat. Terbukti, dari 9 upaya yang mereka miliki secara keseluruhan. Mereka hanya butuh 3 tendangan tepat sasaran untuk dapat mencetak gol---dengan gol ketiga yang merupakan proses tendangan penalti.

Formasi 5-3-2 ini menawarkan cara bermain yang kuat dapat membangun serangan. Khususnya, melalui bola samping/flank. Hal ini ditunjang dengan pemasangan dua penyerang yang dapat melebar dan mencari ruang. 

Sehingga, ketika Jepang mendominasi permainan dan sedang asyik menyerang, Qatar dapat menghukum barisan pertahanan tim Samurai Biru dengan memotong bola dan segera mengalirkan bola ke depan dengan memiliki dua opsi yang sama. 

Artinya, tidak mudah bagi pertahanan Jepang untuk dapat segera mengambil fokus terhadap penyerangan yang dilakukan oleh dua orang yang sejajar---3 (Jepang) lawan 2(Qatar).

Faktor terakhir adalah permainan Jepang yang dominan, ternyata tidak mampu membongkar pertahanan solid Qatar. Titik terendah Jepang adalah saat mengawal pertahanan di babak pertama. 

Mereka memiliki banyak pemain di daerah pertahanan, namun tidak mampu berbuat banyak dalam menahan serangan Qatar. Hal ini terbukti dengan terciptanya gol dari tendangan jarak jauh. Artinya, tidak ada upaya agresif untuk menutup ruang terhadap pemain lawan.

Di babak pertama yang gagal bertahan dengan baik, kemudian menjadi kesulitan yang tinggi bagi Jepang saat di babak kedua. Karena, praktis, mereka harus total menyerang dan mereka sudah pasti akan kesulitan mencetak gol. 

Dari 12 upaya, hanya 1 peluang tepat sasaran dan untungnya menjadi gol. Gol itu pula yang sebenarnya dapat membangkitkan asa Jepang untuk dapat menyeimbangkan kedudukan. 

Namun, hukuman penalti di menit 83 yang berujung gol ketiga bagi Qatar, membuat kaki-kaki anak asuh Hajime Moriyasu ini semakin berat untuk dapat menahan laju Qatar untuk juara.

Di pertandingan ini, Jepang gagal dalam membagi konsentrasi permainan. Yaitu dalam menyerang ke bertahan. Selain itu, mereka memiliki jumlah pelanggaran yang banyak dan ini membuat mereka semakin terlihat tidak lagi dapat berkonsentrasi di pertandingan kali ini. 

Sesuatu yang sangat mengecewakan. Mengingat mereka merupakan tim besar yang juga memiliki materi pemain yang mumpuni. Namun, mereka cenderung terbawa dengan strategi lawan dan (mungkin) terlanjur percaya diri berlebih untuk dapat juara. Tanpa mewaspadai taktik-taktik lawan.

Salah satu taktik yang terbukti ampuh di kubu Qatar adalah mencari gol terlebih dahulu. Bermain dengan dua penyerang sekaligus artinya, mereka masih bisa melakukan segalanya dalam membuat peluang saat dapat menyerang ke pertahanan Jepang. 

Artinya, 5 pemain Qatar di lini tengah dan depan sudah cukup untuk dapat menekan pertahanan lawan. Selain itu, tipe bermain dengan mobilitas tinggi dari pemain-pemain Qatar, juga membuat pemain-pemain Jepang mulai kehilangan konsentrasi dan cepat terkuras tenaganya di babak pertama. 

Strategi semacam itu terbukti jitu dalam menaklukan Uni Emirat Arab secara keseluruhan (pemain dan publiknya sebagai tim tuan rumah) di semifinal, dan inilah yang digunakan juga oleh Qatar di final yang rupanya tidak diantisipasi dengan baik oleh Jepang.

Artinya, dengan 3 faktor tadi, keberhasilan juara Qatar adalah 50% strategi yang dibawa Qatar sejak fase gugur, 10% faktor permainan di lapangan (pendekatan berbeda perlu dilakukan oleh masing-masing pelatih terhadap permainan lawan), 40% adalah kegagalan Jepang untuk bermain baik di babak pertama, dan gagal bermain efektif dalam menyerang di awal babak kedua (baru mampu mencetak gol di menit ke-60an).

Hasil ini juga kemudian membuat Qatar berhasil mengukir sejarah baru di gelaran Piala Asia yang sudah semakin ramai---jumlah kontestannya---saat ini. 

Sejarah baru yang terukir dengan semangat tinggi dalam membangun sepakbola dari segala sisi demi upaya untuk semakin dapat bersaing dengan timnas-timnas dari negara lain, di Asia khususnya. 

Setidaknya, ada bukti bahwa pengembangan sepakbola di Qatar sudah tak bisa lagi dianggap remeh. Melainkan, semua negara sudah perlu untuk semakin memperhitungkan kiprah timnas Qatar ke depannya. Almoez Ali dkk kini sudah menjadi bagian dari tim kuat Asia dan akan bersiap-siap untuk tahap selanjutnya; bersaing sengit di Piala Dunia.

Selamat Qatar!

Malang, 2 Februari 2019.
Deddy Husein S.

Silakan tonton rangkuman singkat pertandingannya di sini:


Silakan baca artikel saya sebelumnya tentang Piala Asia 2019, di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun