Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa yang Menarik dari Debat Capres-Cawapres 2019-2024 Jilid 1?

22 Januari 2019   17:50 Diperbarui: 22 Januari 2019   20:25 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merekapitulasi poin-poin penting di dalam debat CAPRES-CAWAPRES 2019-2024 jilid 1

Debat capres-cawapres memang sudah berlalu untuk putaran pertama (17/1). Namun, masih banyak hal yang menarik di sini. Memang hal-hal tersebut tidak mengharuskan kita untuk membesar-besarkan apa yang sudah terjadi di panggung debat tersebut. 

Di artikel kali ini akan memublikasikan tentang catatan-catatan yang mungkin berguna bagi kita semua sebagai bagian dari penduduk Indonesia, yang mengikuti acara ini dan upaya untuk peduli tentang perkembangan politik dan pemerintahan negeri ini. 

Selain itu, akan semakin terlihat menarik dan berguna, jika kita sebagai bagian dari upaya perbaikan negeri ini juga dapat merangkum hal-hal yang sudah terjadi di panggung debat tersebut dan kemudian menelaahnya dengan baik, tanpa adanya upaya propaganda ataupun provokasi.

Artikel ini juga berupaya mendorong kita untuk membuka kemungkinan-kemungkinan tentang bagaimana kelanjutan debat tersebut. Termasuk juga bagaimana langkah-langkah nyata yang dilakukan oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden (paslon capres-cawapres) ini pasca debat bagian pertama tersebut.

Di sini, penulis akan memberikan catatan-catatan yang merupakan hasil dari menonton dan mengamati jalannya acara debat tersebut. Catatan-catatan ini akan dibagi menjadi dua, sesuai dengan jumlah paslonnya, yaitu paslon nomor 1 dengan Jokowi-Amin, dan paslon nomor 2 dengan Prabowo-Sandi.

Berikut ini terdapat 8 catatan yang diperoleh dari paslon no. 1, yaitu:
1. Jokowi sangat dominan di sini dalam menyampaikan visi-misi dan menanggapi argumentasi dari kubu Prabowo-Sandi (paslon no. 2).

2. Jokowi terlihat sangat faham dengan situasi di lapangan ketika berbicara tentang teknis pemerintahan.

3. Jokowi terlihat tegas dan sedikit 'naik' dalam mengungkapkan argumentasi maupun menanggapi pernyataan dari paslon no. 2. Sesuatu yang berbeda ketika melihat Jokowi di periode pertamanya saat menjadi capres-cawapres bersama Jusuf Kalla. Artinya, Jokowi sudah dapat menguasai 'panggung', berkat pengalamannya sebagai presiden selama satu periode ini.

4. Jokowi kembali diuntungkan sebagai presiden, karena, dia dapat memberikan bukti nyata terhadap kinerjanya di perpolitikan dan pemerintahan.

5. Meski Jokowi saat ini sudah terkuak ketegasannya dan dapat pula menunjukkan nada bicara yang tinggi. Namun, temponya masih lambat dan masih terkesan membawakan argumentasi dengan gaya pidato/naratif. Sehingga, banyak argumentasinya yang masih terpotong oleh durasi yang singkat, sebelum dapat mengungkap fakta-fakta yang ditemukan selama bekerja sebagai presiden bagi Jokowi (yang masih dominan berbicara).

6. Berkat pengalamannya sebagai pemimpin daerah dan pemimpin negara, dirinya dapat menerapkan kebijakan dan membuktikan bahwa dalam penjalanan program pemerintahan tersebut harus terdapat pihak yang membantu dalam pengawasan kinerja---baik secara internal maupun eksternal.

7. Menurut Jokowi, dalam penjalanan tugas kepemerintahan bagi aparat harus disertai dengan pembekalan terhadap pengetahuan tentang HAM. Hal ini menanggapi tentang kisruh atau polemik yang bersangkut-paut/disangkut-pautkan dengan pelanggaran HAM.

8. Menurut Jokowi (lagi), dalam melakukan tindakan, pemerintah harus transparansi. Hal ini kemungkinan berkaitan pada banyaknya protes dari masyarakat maupun pihak-pihak tertentu yang mengatakan bahwa masih ada praktik-praktik kerja dari pemerintah yang masih belum dapat dipahami oleh masyarakat secara luas---maksud dan tujuan sekaligus alur atau hasil akhirnya.

Melihat 8 catatan tentang paslon Jokowi-Amin tersebut, kira-kira apa yang dapat dipetik?

Melihat dalam hal kelebihan, paslon no. 1 ini diunggulkan karena Jokowi adalah presiden terpilih di periode 2014-2019. Artinya, paslon ini memiliki rekam jejak yang cukup jelas sekaligus pengalaman dalam mengelola negara ini dalam jangka waktu yang tidak sedikit namun juga belum banyak. Di sini, Jokowi mampu membuktikan dirinya sebagai kandidat yang kuat dan masih dapat dipercaya akan mampu memimpin Indonesia lagi.

Namun di pasangan ini juga terdapat kekurangan. Yaitu, dominasi Jokowi sangat terlihat di mata publik tanpa tedeng aling-aling dan ini dapat menjadi blunder ketika pasangan ini nantinya terpilih dan gagal melakukan pembagian kerja yang tepat. Hal ini cukup berbeda dibandingkan ketika kita melihat adanya pasangan ideal seperti Jokowi-JK. Karena, walaupun keduanya sama-sama berangkat dari latar belakang pengusaha, namun dalam hal kinerja, terlihat bahwa Jokowi dapat bergerak secara kuat dan leluasa. Sedangkan Jusuf Kalla, mengimbanginya dengan kinerja yang sudah teruji di 2 periodenya sebagai wakil presiden (wapres), yaitu saat dirinya juga pernah menjadi wapresnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Lalu bagaimana dengan paslon no. 2?
Ada 7 catatan dari paslon Prabowo-Sandi yang dapat disimak, yaitu:
1. Prabowo-Sandi cukup berimbang dalam menyampaikan visi-misi.

2. Menurut paslon ini (Prabowo), harus ada bantuan dari pihak ahli untuk menyelesaikan permasalahan negara.

3. Pasangan ini terlihat dan terdengar terlalu teoritis dalam menyampaikan visi-misi maupun pandangannya terhadap pemerintahan (status dan perannya) dan kebijakan.

4. Ada upaya untuk meyakinkan masyarakat, bahwa mereka dapat menjadi pemimpin negara ini.

5. Dalam berdebat maupun menyampaikan pandangan termasuk visi-misi, keduanya (Prabowo dan Sandiaga Uno) mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Sehingga, kita dapat mendengarnya secara utuh tanpa terpotong dan bertanya-tanya soal maksud dan kelanjutannya.

6. Menurut Prabowo, banyaknya tindak korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di sistem birokrasi, administrasi, dan kepemerintahan/pelayanan masyarakat (seperti dokter atau jaksa misalnya) tersebut dikarenakan nominal gaji yang terlihat kurang. 

Sehingga, membuat mereka (para tersangka koruptor) harus melakukan korupsi karena pendapatannya kurang (dan mungkin tidak sebanding dengan kinerja yang harus dikerahkan secara maksimal). Maka dari itu, Prabowo menjadikan kenaikan gaji atau 'penormalan' gaji sebagai media penahan nafsu untuk korupsi bagi mereka yang berada di kursi-kursi birokrat dan aparat.

7. Melihat latar belakang Prabowo sebagai orang militer sekaligus pengusaha, membuat pendekatan terhadap upaya menyelesaikan masalah adalah dengan pengutamaan tentang kecukupan secara materiil atau ekonomi.

Melihat 7 catatan tersebut, bagaimanakah menurut kita terhadap potensi kepemimpinan dari paslon Prabowo-Sandi?

Poin kelebihan di pasangan ini adalah keseimbangan. Karena, keduanya sama-sama belum pernah menduduki jabatan tertinggi di negeri ini. Walau secara taktik dalam upaya menjadi kandidat kuat, Prabowo lebih berpengalaman. Karena, dirinya sudah beberapa kali berkutat dalam upaya pencalonan. Baik saat menjadi cawapres maupun capres.
Komunikasi keduanya juga dinilai cukup bagus, karena keduanya berangkat dari partai yang sama. Yaitu, Gerindra.

Namun, karena minimnya jam terbang di kursi kepemerintahan termasuk Sandiaga Uno yang malah semakin terlihat 'menjauh' dari kepemerintahan skala daerah bersama (gubernur) Anies Baswedan, yang mana dirinya merupakan wakil gubernur di DKI Jakarta. Hal ini membuat bayang-bayang kinerja Sandiaga kurang teruji dan cukup disangsikan. 

Mengingat pasangannya adalah Prabowo yang kemungkinan akan berupaya berada di garis terdepan untuk dapat terlihat di mana-mana (seperti Jokowi). Sehingga, diperlukan sosok pendamping yang cukup mahfum dalam menyadari porsi kerjanya sebagai pihak yang lebih fasih mengelola internal. Sesuatu yang dilakukan oleh sosok Jusuf Kalla ketika menyadari karakter Jokowi yang cenderung fleksibel dan rileks (dibandingkan SBY).

Ini memang masih debat capres-cawapres 2019-2024 jilid pertama, namun, dari sini, mungkin kita dapat mulai menemukan kisi-kisi tentang masa depan Indonesia selama lima tahun ke depan, entah itu bersama Jokowi-Amin atau Prabowo-Sandi.

Pilih yang mana ya?

Malang,
22 Januari 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun