Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

NH. Dini dan Srikandi Aksara Indonesia

18 Januari 2019   17:39 Diperbarui: 18 Januari 2019   21:44 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almh. NH Dini, seorang penulis. (Cewekbanget.grid.id)

Kembali lagi pada sosok NH Dini yang di sini penulis sebut sebagai salah seorang srikandi aksara yang artinya menjadi bukti nyata, bahwa, perempuan-perempuan Indonesia juga mampu melahirkan karya-karya tulis yang tak kalah memabukkan selayaknya tulisan-tulisan milik para pujangga arjuna.

Walau ada realitas yang kurang menyenangkan bagi penikmat karya tulis dari penulis perempuan, karena, sampai detik ini, jika menguak rangkuman atau kompilasi penulis sastra terbaik milik Indonesia, selalu nama-nama 'barista' peracik kopi, senja, hujan, dan bunga mawar, didominasi oleh kaum pejantan. 

Ternyata, mereka yang tampil tangguh secara perasaan, justru mampu mengaduk-ngaduk perasaan dan imajinasi para pembacanya. Mereka juga mampu menyuguhkan 'minuman' yang cukup berimbang antara pahit, asam, manis, dan asin. Sehingga, nama-nama Sutardji Chalzoum Bachri, Chairil Anwar, Taufik Ismail, bahkan nama Pramoedya Ananta Toer sangat membekas di pikiran masyarakat dibandingkan nama S. Rukiah, Marga Tjoa, hingga NH. Dini.

Jangankan ketiga nama yang sudah menjadi legenda tersebut, nama-nama seperti Laksmi Pamuntjak, Leila S. Chudori, Linda Christanty, Oka Rusmini, dan Dorothea Rosa Herliany saja masih cukup sulit untuk dikenal publik Indonesia sebagai bagian dari skrikandi aksara yang dapat melahirkan karya yang patut diperhitungkan.

Berbicara soal eksistensi penulis perempuan, sebenarnya memang tidaklah sedikit. Namun, tak banyak yang mampu menggelegarkan penikmat sastra di Indonesia secara konstan. 

Nama-nama yang masih bersliweran di bayangan pembaca dan masih bisa disebut dengan fasih namanya, hanyalah ada pada sosok Dewi 'Dee' Lestari, Ayu Utami, dan Djenar Maesa Ayu. Ketiganya mampu 'mengguncangkan' publik sastra Indonesia karena keberhasilan mereka melahirkan karya yang dapat disebut tidak begitu feminim, namun, juga tidak bakal bisa ditulis oleh kaum adam.

Hal ini merujuk pada stereotip penulis perempuan yang cenderung melankolis, penuh dengan romansa, drama yang dikemas monoton, dan terlalu 'curhat'. Artinya, ada kecenderungan menilai karya milik penulis perempuan hanya akan dominan pada perasaan dan akan hanya berputar-putar pada kehidupan kesehariannya yang tidak ke mana-mana.

Namun, fakta yang ada justru sebenarnya tidak sepenuhnya demikian. Jika merujuk pada ketiga penulis tersebut yang masih sangat dikenal oleh penikmat sastra saat ini, pasti kita dapat mengetahui bahwa kaum perempuan sebenarnya juga mampu melahirkan karya yang dapat melalang-buana, dan 'mengendus-endus' setiap sendi kehidupan. Bahkan, sentuhan-sentuhan mereka dalam membangun cerita seringkali mampu membuat kita merenung sangat dalam demi mengetahui makna yang sebenarnya.

Mereka, para srikandi aksara ini juga tak kalah hebatnya dengan para arjuna dalam hal membidik setiap anak panahnya ke sasaran---pembacanya. Memang susah untuk menjauhkan karya tulis perempuan dengan stereotip-stereotip yang sedemikian rupa. 

Namun, teori relativitas selalu berbicara banyak dan membantu kita dalam dunia penilaian. Termasuk menilai karya sastra. Sebenarnya, tidak hanya penulis perempuan yang suka mendayu-dayu dalam tulisannya. Penulis laki-laki juga ada yang seperti itu.

Bahkan, tidak hanya penulis perempuan yang suka menulis syair dan cerita yang bernuansa curahan hati. Para penulis laki-laki juga tak sedikit yang sedemikian rupa karyanya, yang kemudian dikenal juga dengan stereotip sebagai penulis roman picisan yang pada akhirnya hanya digandrungi oleh kaum remaja atau muda-mudi yang sedang segar-segarnya dalam mengenal tentang asmara atau kisah percintaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun