Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aksi Menyita Harus Diikuti Aksi Membaca

29 Desember 2018   10:03 Diperbarui: 29 Desember 2018   14:36 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku yang dinilai berideologi Komunisme. (Jatim.antaranews.com)

Lalu, untuk apa ditakuti?

Jika pemikiran seperti ini dimasukkan ke bagian tubuh Pancasila bersama segala undang-undang dan peraturan pemerintahannya tersebut, justru akan dapat menghasilkan sebuah gagasan untuk dapat menipiskan angka kemiskinan, bukan?

Kemiskinan memang tidak akan bisa hilang 100%, namun kesenjangan yang terlalu besar itulah yang menjadi pokok persoalan, dan seharusnya ditindak.

Jarak antara si kaya dengan si miskin sangat terlihat---dan hal ini bahkan sudah diketahui oleh masyarakat luar negeri. Seandainya program pembangunan di Papua tidak berwujud seperti saat ini, jelas, bahwa Indonesia hanya menghasilkan orang (sangat) kaya di Pulau Jawa bukan di pulau lainnya. Bahkan, Kalimantan dan Sumatra yang penghasil minyak dan sawit saja, level ekonomi dan status sosial masyarakatnya masih terlihat tak begitu menonjol. Hal ini bisa terjadi karena besaran pasak sama dengan tiang. Artinya, gaji di sana memang tinggi, namun harga makanan juga mahal.

Lalu, bagaimana dengan di Jawa?

Sangat variatif. Sehingga, si kaya masih bisa bernafas lebih lega. Karena, jika ingin mengurangi besaran pengeluaran, hanya cukup dengan mencari tempat-tempat yang disediakan untuk mahasiswa/anak kost-kostan. Maka, pengeluaran mereka pasti terjamin akan cukup ringan. Walau di sisi lain, ini sangat bergantung pada karakter orang tersebut. Jika, orangnya memang bertipe sosialita, akan mustahil untuk mau masuk ke tempat-tempat yang low-budget.

Artinya, kehidupan masyarakat Indonesia itu sudah sangat variatif. Termasuk soal pemahaman.

Di sinilah kemudian, ada satu pertanyaan yang sangat penting untuk dikaji oleh para ahli, termasuk ahli Sosiologi Indonesia.

Yaitu, apakah mungkin, jika PKI terlahir kembali, Indonesia akan hancur?

Jika komunisme ditakuti, bukankah dia akan semakin besar pengaruhnya terhadap masyarakat?

Ingat! Ini 2018, bahkan sudah menjelang 2019. Pemikiran masyarakat sudah jauh lebih 'menarik' dibandingkan dahulu.
Jika kapitalisme dan hedonisme bisa merasuk ke gaya kehidupan masyarakat elit, bagaimana dengan masyarakat non elit?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun