Berbicara soal strategi, Simon McMenemy sedikit mirip dengan filosofi bermain sepak bola Inggris, cepat dan tajam. Aliran bola untuk menyerang akan sangat cepat dan biasanya sangat bergantung pada pemain flank yang dapat merangsek masuk ke lini pertahanan lawan.Â
Suatu langkah yang tepat, mengingat timnas Indonesia memiliki banyak stok pemain cepat dan penuh skill dalam menguasai bola di sisi sayap. Sebut saja Andik Vermansyah, Riko Simanjuntak, Irfan Jaya, Saddil Ramdani, Febri Hariyadi, dan pemain-pemain lainnya yang masih belum mendapatkan panggilan timnas namun kualitasnya cukup mumpuni.
Soal taktik bermain secara umum, Simon sepertinya (dari rekam jejaknya di Filipina, Mitra Kukar, dan Bhayangkara FC) tidak menginginkan cara bermain bertahan. Meski, taktik ini terkadang cukup ampuh untuk menjebak lawan agar sedikit terlena dengan barisan pertahanan ketika mereka sedang asyik menyerang.Â
Di sinilah, akan ada kebutuhan khusus untuk melatih para pemain timnas untuk belajar mengasah kemampuan transisi dari bertahan ke menyerang. Soal transisi ini, biasanya tak akan lepas dari peran pemain depan yang dipasang sebagai target man tunggal yang mampu menjaga bola dan menunggu pergerakan rekannya untuk menerobos masuk membongkar celah pertahanan yang lowong.
Di sini, peran pemain yang kuat berduel 1 lawan 1 seperti Ilija Spasojevic mungkin akan sangat dibutuhkan. Pemain naturalisasi asal Eropa ini tentu tidak asing dengan gaya permainan yang demikian.Â
Namun, akan menjadi sedikit berbeda, jika Simon menggunakan Beto Goncalves. Karena, pemain ini lebih cenderung mobile mencari ruang untuk memanfaatkan konsentrasi bek lawan yang lebih fokus terhadap penguasaan bola dari pemain tengah---rekan setim Beto.
Hal ini terlihat akan berbeda dari kebiasaan pemain naturalisasi asal Brazil ini jika harus bermain dengan cara duel satu lawan satu, atau menjadi tembok bagi pemain lini kedua.
Jika ingin menggunakan pemain depan sebagai tembok atau pemantul bola, mungkin mantan pemain timnas yang sudah uzur seperti Cristian Gonzales akan terlihat sangat cocok.
Pemain bertipe demikian cukup jarang ditemukan di Indonesia. Mengingat tidak banyak pemain depan timnas yang memiliki postur tinggi besar seperti penyerang timnas Prancis Olivier Giroud---pemain yang sangat dikenal dengan cara mainnya sebagai pemantul bola.
Jika ingin sedikit berspekulasi, mungkin pemain depan yang menyerupai atau setidaknya dapat menggantikan peran Spaso atau Beto jika tidak maksimal, adalah Lerby Eliandri. Pemain depan klub Borneo FC ini memiliki postur yang ideal untuk berduel dengan pemain belakang lawan yang biasanya bertubuh tinggi besar.
Namun, yang menjadi halangan adalah ketajamannya yang tidak begitu konsisten---meski ini juga disebabkan dengan minimnya menit bermain.Â