Itulah yang masih terjadi di masyarakat Indonesia saat ini, ketika, cinta dan pernikahan dapat menerima adanya perbedaan agama, ras, dan suku, namun tidak diimbangi dengan kemampuan pikiran dalam memahami apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang sudah diajarkan oleh keyakinannya.
Sebagai masyarakat yang sudah fasih bermain gadget seyogyanya untuk membaca ajarannya---agama, pahami apa yang tersampaikan, lalu diskusikan dengan orang-orang yang sangat paham tentang penafsiran, dan pilah-pilah hasil diskusi tersebut dengan perenungan yang ditinjau kembali dengan ajaran yang sudah dibaca. Itu yang seharusnya kita lakukan, demi menjaga harmoni 'rumah tangga' negeri ini. Bukan hanya terus-menerus membahas soal siapa yang paling benar, dan siapa yang paling salah.
Karena, Indonesia terlalu besar jika hanya diisi oleh orang-orang yang tidak mampu mengembangkan pemahamannya terhadap ajaran rasnya, sukunya, apalagi agamanya.
Indonesia juga terlalu mubazir, jika masih terus-menerus digerus oleh kegagalan masyarakatnya dalam memahami ajaran agamanya yang telah bersanding mesra dengan ajaran kebudayaannya.
Jadi,
Selamat Hari Natal kepada seluruh saudara-saudara sebangsa dan setanah air; INDONESIA, yang telah merayakannya.
Semoga, cinta dan kasih tak pernah terputus di antara kita---sesama masyarakat Indonesia---yang sama-sama telah terlanjur jatuh hati kepada Indonesia.
"Indonesia rumah kita!"
Malang, 25 Desember 2018
Deddy Husein S.
Tambahan:
Sebuah kemesraan dari perbedaan, yang tidak akan melunturkan iman dan ketaqwaan terhadap-Nya.
Klik di sini untuk beralih ke laman Youtube/channel NarasiTV.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H