Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Indonesia Tetap "Menarik"

28 November 2018   16:22 Diperbarui: 29 November 2018   05:07 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik Persaingan Klub Liga 1 2018. (Line Today)

Mengapa para mantan pemain justru banyak yang menjadi penggerak akar rumput, atau malah menjadi bagian dari akar rumput terhadap sepakbola Indonesia? Bukankah mereka seharusnya yang lebih berkompeten dalam sepakbola berada di posisi yang lebih baik---tak hanya sekedar jadi pengamat, bukan?

Apakah kendalanya adalah karena kemampuan pengelolaan suatu sistem makro tidak bisa dimiliki dan dijalankan oleh orang sembarangan?

Jika demikian, mengapa mantan sekretaris jenderal (sekjen) federasi di era kepemimpinan ketua umum sebelumnya tidak naik jabatan saja? Bukankah itu lebih logis? Pengalaman dan pengetahuannya tentu lebih baik daripada ketua umum (ketum) yang terpilih dengan mencomot penduduk dari rimba seberang, sedangkan penduduk dari rimba sendiri masih ada yang dapat mengemban jabatan tersebut.

Melihat situasi di federasi sepakbola Indonesia, seperti melihat sebuah praktek pemerintahan dengan politik boneka (meski tidak menuduhnya demikian). Seperti ada pihak yang memiliki kuasa besar namun tidak ingin berada di depan publik. Maka perlu mencari sosok yang dapat dijadikan tameng untuk menutupi kehebatannya. Hal itu sebenarnya sudah bukan hal yang aneh atau tabu (jika dibicarakan di ranah politik dan pemerintahan), namun menjadi lucu jika boneka yang dipilih tak mampu menutupi ketidakmampuannya dalam memahami hukum rimba yang sedang dia huni. Situasi ini akan semakin menjadi lelucon di publik dunia, jika kita tidak segera mawas dan antisipasi dengan segera. Agar fenomena sepakbola kita tidak semakin mengocok perut mereka yang hanya masuk gedung pertunjukan dan duduk di kursi VVIP namun gratis. Sudah gratis, boleh bawa jajan dan minuman sendiri. Ironis!

Lalu, apakah kita siap untuk menonton tontonan sepakbola kita yang (sebenarnya) masih menyajikan aksi-aksi yang menarik?

Penilaian menarik atau tidak, itu terserah siapa yang menonton.

Dan sampai hari ini, kita sebenarnya masih diberikan tontonan yang menarik di sepakbola tanah air kita. Yaitu, persaingan merengkuh gelar juara Liga 1 masih sengit antara PSM Makassar dan Persija Jakarta, dan saat ini sudah mencapai beberapa meter lagi dari garis finish. Siapapun yang juara, seharusnya kita patut merayakannya---terlepas apakah itu klub dukungannya atau bukan.

Mengapa?

Karena, yang menjadi juara nantinya adalah sebuah klub pemilik sejarah panjang dalam mengarungi kompetisi sepakbola nasional. Kedua klub klasik ini tentunya sudah teramat fasih dalam menikmati kompetisi yang berliku dan mereka memang sangat pantas untuk meraihnya. Sebuah hadiah yang manis demi basis suporternya masing-masing yang sangat besar. 

Setidaknya, kalimat "KAMI RINDU* JUARA" itu lebih pantas digelorakan di stadion tempat kedua klub ini bertanding, daripada di stadion tempat timnas bertanding---juara apa yang bisa dirindukan bersama timnas (senior)? Di situlah, kita harus senang dan menikmati cerita (yang masih panjang) dari sepakbola kita yang masih menarik dan menggelitik.

Malang,
28 November 2018
Deddy Husein S.

Catatan:
*) Rindu: perasaan yang tercipta terhadap keinginan untuk dapat bertemu/melihat/memiliki sesuatu yang pernah sebelumnya ada untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun