Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Manusia Bagai Dua Sisi Koin yang Menyatu

23 November 2018   20:37 Diperbarui: 23 November 2018   21:20 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RASUK (montasefilm.com/Agustinus Dwi Nugroho)

Satu-satunya kekurangan dari adegan ini adalah durasi adegan horornya pada tokoh utama yang justru pendek, dan cenderung hanya berusaha menyoroti proses penyadaran Langgir dari arwah yang merasuki (exorcist). Namun hal ini dapat menjadi hal yang unik dari film ini. Karena berupaya untuk melibatkan banyak tokoh untuk benar-benar imbang dalam merasakan dan membuat teror. Sebenarnya konsepnya tidak jauh beda dengan film horor Indonesia lainnya. 

Namun di sini kita bisa melihat adegan kebrutalan yang memang sedang viral di film-film masa kini. Seolah-olah mengikuti tren adanya adegan mutilasi dan pertarungan dengan senjata yang memang akhir-akhir ini 'merasuk' ke dalam film horor---seharusnya adegan seperti ini lebih dekat pada film genre thriller. 

Bersama adegan itupun kita seperti melihat film luar negeri yang berhasil membuat penonton bergidik terhadap efek darah muncrat dari tubuh yang terpotong maupun yang tertusuk secara ekstrim.

Secara keseluruhan, film Rasuk tidak begitu berbeda dengan film lainnya yang menggunakan latar belakang kisah keluarga, lalu ada pertemanan dan kemudian pergi berlibur bersama, sampai setting villa yang entah film keberapa yang menggunakan setting seperti itu. Namun ada sesuatu yang menarik dari film ini dan bisa kita sedikit analisa bersama. 

Yaitu, karakter orang yang saling bertolak belakang namun sebenarnya menjadi kesatuan yang tak bisa lepas. Di film ini bersama 4 sekawan Putri Sejagad---Langgir, Lintang, Inggrid, dan Sekar, kita diajak untuk dapat memahami bagaimana caranya untuk bisa menjaga pertemanan yang baik (agar hubungan tetap langgeng).

Yaitu, menjaga rahasia pribadi sebaik mungkin agar tidak membuat pertemanan dirundung permasalahan, apalagi kesedihan. Kita mencari dan memiliki teman tentu untuk membuat hidup kita menjadi menyenangkan, bukan?

Di sinilah kita bisa melihat bagaimana (kecuali Langgir) mereka berhasil membuat mood yang baik saat berkumpul. Membicarakan hal-hal menarik, termasuk rencana bersama. Seolah-olah hidup mereka always for fun and luck---seperti yang dipikirkan oleh Langgir. Padahal nyatanya tidak demikian.

Satu per satu teman Langgir berhasil mengungkapkan permasalahan yang menjadi rahasia pribadinya. Dari sana kita bisa melihat bahwa kita selalu berupaya untuk terlihat always fine ketika berada di depan teman-teman kita, termasuk sahabat---meski hubungan ini identik dengan pertukaran informasi yang segamblang-gamblangnya baik itu yang mengundang kesukaan maupun kedukaan. 

Namun, setiap tindakan tentu berdasarkan pertimbangan matang. Ketidakinginan dalam membagi privasi ke teman bahkan ke sahabatnya bukan suatu hal yang haram, apalagi jika bermaksud agar teman atau sahabatnya tersebut tak ikut sedih atau malah ikut memikirkan permasalahannya---sedangkan permasalahan sendiri belum bisa diatasi dengan baik.

Ada plus-minus, seperti dua sisi koin yang menyatu. Manusia selalu berada di sana, antara benar dan salah, antara suka dan tidak suka, antara cinta atau sayang dengan benci dan dendam. Manusia memilikinya, dan itu memang bisa terjadi pada diri kita masing-masing.

Sosok yang traumatis dan pendendam seperti Langgir tentu ada di dunia nyata. Apakah orang itu salah? Belum tentu. Karena menghilangkan perasaan bersalah atas terjadinya musibah terhadap orang lain---apalagi sampai harus menimpa orang yang disayangi, tentu menjadi kenangan buruk yang tidak bisa begitu saja dilupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun